BILA PERTANDINGAN TELAH USAI
Dari pengeras suara terdengar pengumuman “Ayo adik-adik waktunya kurang 10 menit lagi yah!” Pengumuman itu disambut suara berdengung seperti lebah. Baik yang keluar dari mulut bocah-bocah kecil yang sedang melukis maupun dari para orang dewasa yang mengantar.
Hari ini aku mengantar putra sulungku mengikuti lomba melukis yang diadakan produsen susu. Waduh pesertanya banyak sekali! Pukul 09 00 pagi aku sudah mendaftar ulang. Kira-kira ada sekitar 200 anak yang mengikuti lomba ini. Memang terbagi dalam beberapa kategori.
Melihat permandangan 200 anak-anak melukis menggunakan cat dan pewarna lainnya sungguh permandangan yang menakjubkan. Tingkah pola mereka bermacam-macam. Ada yang karena terlalu asyik, ia sudah melap cat pada semua permukaan baju yang dikenakannya. Wajah-wajah mungil itupun sudah belepotan dengan cat pewarna.
Tapi mereka tak peduli, sesekali mereka memandang bak seorang Leonardo da Vinci yang sedang manatap karyanya. Mereka asyik dengan aktivitas melukis masing-masing. Karena itu pengumuman dari panitia yang menginformasikan waktunya tinggal 10 menit lagi disambut dengan dengungan hmmmmm berkepanjangan.
Anak-anak itu begitu semangat mengikuti lomba. Padahal dari 200 orang peserta lomba, yang akan menjadi pemenang hanya sekitar 18 orang dengan asumsi 6 pemenang per kategori Juara 1,2,3, harapan 1,2 dan 3. Kategori itu sendiri ada tiga terbagi atas kelompok usia, 5-7 th, 8-10 th dan 11-12 th. Maka ada sekitar 182 anak yang tidak menang. Aku berpikir, kira-kira apa reaksi anak=anak itu yah?
Pengumuman akan dilakukan hari itu juga sekitar pukul 15.00 dan sekarang waktu baru menunjukan pukul 11.05. Masih cukup lama untuk menunggu. Tapi kelihatannya hal ini memang sudah dipersiapkan. Pelaksana acara dari sebuah event organizer dengan sigap mengumpulkan anak-anak dan membagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok dkoordinir 3-4 orang panitia.
Sebagian panitia menggiring para orang tua untuk mengikuti seminar dengan ahli gizi dan psikolog perkembangan anak. Kemasan yang cantik untuk sebuah paket promosi susu. Para orang tua termasuk saya cukup antusias mengikuti diskusi walau ujung-ujungnya ditodong membeli susu tersebut karena berhadiah dan kedua anakku menginginkan hadiah atau bonus tersebut.
Ketika istirahat dari bermain, aku mencoba mengetahui apa yang dirasakan bastiaan.
”Kakak cape?” tanyaku
”Iya” Jawabnya
”Aku juga cape” ujar Vanessa
”Tapi senang kak?” tanyaku lagi
”Iya, asyik loh, aku tadi kejar-kejaran, aku hebat loh tidak tertangkap” Cerita Bas bersemangat.
”Main apa kak?” tanyaku lagi
”Main kucing tikus. Aku jadi tikusnya. Aku lari cepat-cepat jadi tidak tertangkap” Cerita Bas lagi.
”Kalau Van, main apa?”
”Ngobrol-ngobrol saja. Kakaknya bercerita tentang anak kijang!” Jawab Van
”Kak, tadi melukisnya bagus atau tidak?” tanyaku hati-hati
”Baguslah!:
”Gambar apa sih?”tanyaku lagi
”Kontrakan tinggi!” Jawab Bas. Aku tertawa geli, Bas selalu menyebut kontrakan tinggi untuk menggambarkan apartemen.
”Kira-kira menang gak?” tanyaku lagi
”Haruskah aku menang?” tanyanya santai. Aku terkejut saat Bas melempar balik pertanyaan.
”Bukan harusnya, menurut kakak, kakak akan menang atau tidak?” aku meralat pertanyaanku
”Apakah mama akan marah kalau aku tidak menang? tanyanya
”Loh kok? Ya enggak dong Kenapa harus marah?”
”Tidak tahu mama!” Jawab Bas
Pertandingan sudah usai, anakku tidak menang, harusah aku marah? Tentu tidak. Karena niat awalku menyertakan Bas dalam lomba meluis ini hanya untuk membangitkan naluri persaingan untuk menjadi yang terbaik. Pertandingan memang sudah usai tapi banyak pelajaran yang aku dan anakku dapatkan. Salah satunya menerima dengan lapangan dada sebuah kekalahan dan bertekad berlatih kembali agar di masa mendatang bisa muncul sebagai pemenang.
Demikian juga dengan hidup ini, dimana-mana selalu ada persaingan. Sebetulnya persaingan adalah suatu ujian untuk melihat kemampuan diri. Sayang kadang kita sulit menerima kekalahan padahal dari kekalahan itulah sebenarnya calon juara baru akan muncul. Karena pemenang yang sesunggunya adalah orang yang tahu arti dari kekalahan dan mau merubahnya menjadi kemenangan.
Hanya orang-orang yang mau berubahlah yang kelak akan menjadi pemenang. Karena hidup ini sendiri sebuah pertandingan. Manakala pertandngan usai tak ada lagi yang dapat dilakukan.
Saat panitia yang mengumumkan batas akhir waktu lomba melukis, membuat anak-anak tersentak lalu cepat-cepat menyelesaikan lukisannya. Pertandingan dalam kehidupan tidak pernah ada peringatan kapan akhir pertandingan. Kita tidak pernah bersiap-siap menghadapi akhir pertandingan. Jadi selagi ada dalam pertandingan, teruslah berusaha menjadi yang terbaik! (12 Oktober 2006)
No comments:
Post a Comment