Ingin Batal NIkah


Saya mengurus sendiri pernikahan saya dan suami. Mulai dari mengurus administrasi di tingkat RT, kelurahan, catatan sipil hingga ke gereja tempat pernikahan kami diberkati. Jujur, mengurus administrasi pernikahan itu nggak ribet. Cuma memang harus menyediakan waktu. Karena Pak RT tidak 24 jam ada di rumah. Pun petugas kelurahan dan Catatan Sipil serta administrasi gereja. Semuanya, ada/buka pada jam kerja. Berarti harus izin kerja atau cuti.

Perencanaan pernikahan saya sekitar setahun. 6 bulan pertama hanya antara saya dan calon suami. Lalu 6 bulan berikutnya baru melibatkan orangtua dan keluarga besar. Tapi saya dan calon suami memegang kendali penuh. Saya orang yang tidak suka berhutang budi, walau itu pada keluarga sendiri. Saya merasa kalau untuk urusan pernikahan saja dibantu, berarti saya membuka cela orang lain ikut campur dalam pernikahan saya.

Sebetulnya bantuan keluarga besar adalah bagian dari gotong royong dan persaudaraan itu sendiri. Tapi entah mengapa, saya sangat takut kalau nanti urusan rumah tangga saya ada yang ikut nimbrung. Apapun bentuknya. Baik nasehat atau materi. Sehingga saya rela pontang-panting mengurus sendiri.

Calon suami saya itu, yang kini sudah menjadi papanya kedua anak saya, adalah orang yang sangat perhatian. Tidak romantis tapi selalu mau saya merasa nyaman. Seingat saya, dia memberi saya bunga hanya sekali, yaitu di hari ulang tahun di tahun pertama kami sepakat berjalan sama-sama. Selanjutnya tidak pernah sampai tahun ini, jelang 20 tahun pernikahan. Begitu juga hadiah atau surat, lelaki saya hanya memberikan saya dengan jumlah yang bisa dihitung dengan jari.

Ada satu catatan kecil yang dituliskannya dan disematkan di bunga saat saya ulang tahun 1988. Catatan itu tulis tangan dan dituliskan di atas kerts yang digunting berbentuk hati. Kalau lipatannya dibuka aka nada tiba bentuk hati yang bergandengan. Karena itu ucapan pertama dan isinya sangat-sangat manis, maka saya menyimpannya di dompet. Tapi akhirnya hilang karena dompetnya dicopet. Untungnya perasaan saya tidak ikut hilang terbawa copet.

Hal yang memalukan terjadi jelang kami menikah. Ingin rasanya membatalkan pernikahan. Kalau mengingat oeristiwanya, muka ini terasa menebal. Saya nggak tahu, Papanya anak-anak ingat atau tidak dengan peristiwa tersebut. Cerita pada hari dan waktu yang sudah disepakati, saya dan calon harus menghadap pegurus administrasi gereja, untuk membahas detil pemberkatan nikah.

Kami datang berdua dengan sukacita, pernikahan kurang dari sebulan. Nah saat menghadap pengurus administrasi, si pengurus mempersilakan kami duduk. Pengurus administrasi gereja duduk di balik meja. Di depan mejanya ada dua kursi di mana saya dan calon akan duduk. Ketika si pengurus mempersilakan duduk, saya langsung duduk tanpa melihat letak kursi. Karena saya tahu dengan persisi di mana kursinya. Tapia pa yang terjadi? Saya jatuh terjengkang. Di belakang saya nggak ada kursi. Saya yang saat itu pakai rok karena pulang kerja, jatuh dengan posisi yang aduhai.


Pengurus admnistrasi gereja dan calon saya terlihat panic. Tapi mereka segera membantu saya berdiri. Calon saya, terus-terusan minta maaf, sementara keinginan saya saat itu hanya satu-Hilang dari permukaan bumi. Ternyata saya bisa jatuh karena caon sayan tiba-tiba mejadi gentleman, dengan menarik kursi agar saya mudah duduk. Calon saya berpikir, letak kursi terlalu mempet dengan meja, sehingga menyulitkan saya duduk. Namun apa mau di kata, niat baiknya justru mencelakakan dan mempermalukan saya. Jangan membayangkan lalu tertawa yah. Itu peristiwa yang memalukan tapi mungkin karena saya mencintainya, pernikahan kami tetap dilangsungkan.

12 comments:

  1. Mau ketawa, tapi takut ah. #mingkem 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah kok lucu gitu... dlunya gitu skarang dan anniversary yang keberapa?

      Delete
  2. Hahahahahha..... eh?

    Siap2 terima kemeriahan 20th anniversary-nya aaahhh.....

    ReplyDelete
  3. aku ketawa dalam hati aja deh
    ceritanya lucu..untung jadi nikah

    ReplyDelete
  4. gak boleh ketawa :)kirian pingin batal nikah krn apa

    ReplyDelete
  5. maap bu, ketawa saya pecah sebelum baca larangan tertawa....

    wkwkwkwk......

    ReplyDelete
  6. ini pasti menjadi pengalaman tak terlupakan, eh suami sekarang ngga lupa kan?

    ReplyDelete
  7. Kalo nggak ketawa malah kebangetan hehe #dipukulinsatukampung hahaha

    ReplyDelete
  8. Waduhh,,, hahaha..
    maap mbak.gk boleh ngebayahin tp bayangannya muncul sendiri :D

    ReplyDelete
  9. Haha terlanjur ketawa setelah baca, yg pntig dah dikah. semoga langgeng ya :D

    ReplyDelete
  10. memang begitu ya cobaan orang mau nikah.. moga langgeng mbak :)

    ReplyDelete
  11. wahwah hahah.. syukurlah akhirnya nikah

    ReplyDelete