CATATAN KECIL PELAKSANAAN KOPDAR II SK

CATATAN KECIL PELAKSANAAN KOPDAR II SK

Sekitar pukul 19.00, aku tiba di rumah. Bas dan Van suah lama terlelap dalam mobil. Sehingga ketika aku dan papanya memindahkan ke tempat tidur, keduanya tidak rewel. Hari ini memang melelahkan bukan hanya buat aku dan papanya tapi juga buat Bas dan Van. Setelah membongkar barang bawaan, aku membereskan satu persatu termasuk berkas-berkas angket yang ku sebar pada waktu Kopdar II (Nanti aku bikin laporan hasil angketnya).

Setelah semua beres barulah aku membersihkan tubuh. Dinginnya air melepaskan lengketnya keringat dari tubuh ini sekaligus mengembalikan kesegaran. Kesegaran yang menyergap tubuh ini, memberikan pemikiran yang jernih. Usai mandi, aku tidak langsung tidur. Memang aku lelah tapi banyak sekali loncatan-loncatan pemikiran dalam benak ini yang rasanya sayang jika tidak aku tuliskan.

Namun keterbatasan energi yang dimiliki tubuh ini, sama sekali tidak kompak. Kenyatannya aku hanya mampu menuliskan besaran-besaran pemikiran utamanya dengan tekad akan ku selesaikan di sela-sela pekerjaanku di kantor. Lalu akupun merebahkan tubuh ini di samping Bas dan Van. Kucium mereka penuh kasih dan permintaan maaf karena selama Kopdar II, aku hanya beberapa menit menyertai mereka.

Untunglah suamiku mau mengerti dan memberikan kepastian padaku agar tak usah khawatir selama mengkoordinir acara. Menurutnya, anak-anak ada ditangan orang yang layak dipercaya. Dan memang aku mempercayainya.

Lelah? Pertanyaan basi, jangankan jadi pelaksana sebagai peserta saja juga lelah kok. Tapi aku senang, dipercaya dan bisa mewujudkan walau aku tahu masih banyak kekurangan di sana-sini. Bukan mau mengeluh tapi sebagai bahan catatan pada pelaksanan serupa di masa mendatang. EvenT semacam Kopdar, tidak bisa dilaksanakan oleh satu orang. Aku memberanikan diri karena yakin kalau tidak pernah mencoba tidak akan pernah tahu bisa atau tidak.

Buktinya Kopdar II bisa dilaksanakan walau dengan catatan banyak hal yang harus diperbaiki. Ketika membuat spanduk dengan gambar yang ada web Sekolah Kehidupan. Aku harus bolak-balik karena program yng ada tidak sesuai dengan program yang aku buat. Tapi akhirnya aku tersenyum karena hasilnya tidak mengecewkan. Lelah.....? Itulah harga yang harus di bayar.

Aku menyewa organ tunggal dan singer yang adalah tetangga kakakku. Karena aku bisa dapat harga istimewa. Tapi sungguh di luar dugaanku sang organis mengirim pemain pengganti yang amatiran. Kepada siapa aku mengadu? Kedatangan mereka yang terlambat karena pecah ban, benar-benar membuatku panik. Bagaimana aku mempertanggung jawabkan ke Pak Sinang selaku kepsek dan juga teman-teman yang sudah datang?

Kesana-kemari aku seorang diri, karena memang pelaksananya aku sendiri. Tapi entah kekuatan dari mana aku masih bisa tersenyum menyambut teman-teman yang datang satu persatu. Untungnya aku di bantu kakakku untuk urusan konsumsi.

Dari pelaksanaan kemarin maka menurutku, layaknya sebuah organisasi harus ada kordinator, yang menjadi mesin utama mengatur aktifitas team dalam mengkorodinir bagian-bagian. Lalu ada Sei Acara, yang mengatur dan memfasilitasi semua game. Ada Sie perlengkapan yang tahu harus bertindak apa, jika terjadi kendala dalam acara. Ketika Organis dan perlengkapan sound system terlambat, dengan berat hati aku menyewa sound yang ada di lokasi. Sebenarnya aku tidak mau menggunakan sound dari Situ Gintung karena dulu pernah dan tahu tidak bagus! Tapi aku tidak punya pilihan.

Kalau menurut pak Sinang, Sound harusnya di pasang sebelum acara di mulai, aku juga tahu dan kesepakatan yang aku buat juga pukul 09.30. Kenyataannya dengan sederet alasan yang dikemukakan, aku tak ingin berbantah. Karena energiku sudah tak banyak, jika saling berbantah aku khawatir menjadi emosi dan rusaklah Kopdar II. mau tidak mau aku menahan diri karena aku tetap harus menunjukan ketegaranku.

Selama berlangsungnya Kopdar II, pikiranku bercabang antara kesuksesan Kopdar II dan keluargaku. Sesekali suamiku memanggil untuk menanyakan keangsungan acara. Hanya kepada dialah aku menumpahkan kekesalan dan kepenatan hati tak kala rencana yang sudah disusun dan disepakati tak sesuai dengan kenyataan. Terima kasih Tuhan untuk lelaki yang satu ini!

Tidak hujan adalah hal lain yang patut disyukuri, sehingga kami tetap bisa melakukan aktivitas langsung di bawah langit. Tapi teriknya matahari, membuat Pak Sinang memintaku menyewa tenda. Saung-saung yang tersedia beratap seng dan kapasitasnya hanya 10 orang. Memang mendapatkan 3 saung untuk 30 orang tapi dengan kondisi yang terpisah membuat tidak nyaman. Maka kamipun beraktivitas di bawah tenda ukuran 6 x 10 m.

Tebar senyum dan meyakinkan semua orang untuk merasa nyaman terus aku lakukan. Aku ingin Kopadar II meninggalkan kesan istimewa. Karena walau namanya Kopdar II, sebenarnya ini pertemuan resmi pertama dengan para siswa Sekolah Kehidupan. Aku tahu banyak orang meletakan ekspektasi yang tinggi terhadap diriku dan teman-teman lain. Aku tidak tahu apakah ekspektasi mereka tentang aku sesuai atau mengecewakan.

Secara individu aku tak peduli bagiku asal sudah melakukan yang terbaik, maka yang lain tak ingin kupikirkan. Karena itu aku tidak membayangkan tipe-tipe member, sehingga setiap bertemu mereka, aku meyakinkan itulah gambaran yang harus ada di benakku. Tak ingin aku menilai satu persatu, namun yang pasti aku berbahagia, bertemu kang Teha. Senang bisa berkenalan dan menjalin silahturahmi. Lain waktu kita akan berpegang tangan untuk urusan yang lebih besar. Semoga!

Senang juga bertemu Pak Yan, orang yang bisa ku jadikan guru dalam banyak hal. Rasanya yang lain semua adik-adik atau anak-anakku. Senang berada di tengah mereka, membuat sejenak aku melupakan umur. Semangat dan jiwa muda mereka membuat aku juga merasa muda dan lebih semangat.

Sepanjang pengamatanku banyak yang ”tebar kasih”. Bertukar ilmu dan pengalaman. Mudah-mudahan ada hikmah dan manfaat yang bisa dipetik dari pertemuan Kopdar II. Nursalam banyak berdiskusi dengan Indar, Dedew dan Inga Fetty. Si Aby yang pendiam Suhadi. Diam tapi menghanyutkan. Mengaku baru belajar menulis tapi tulisannya mampu menggedor pemikiran orang.

Margo yang tulisannya sangat inspiratif juga orang yang tak banyak cakap. Achie, Divin, Gopo, Fiyan kelompok anak muda yang sangat mudah bergolak. Emosional dan temperamental, Sedangkan Dyah yang detik-detik terakhir mendaftar jelas tergambar sebagai wanita karir. Banyak senyum tak banyak bicara.

Sobin, tampak lebih matang dan tetap menyenangkan (Kita bertemu di kopdar I) dan gak nyangka mampu mengalunkan nada lembut dari bibirnya walau dangdutpun ok juga. Maya de Fitri, si tante Maya yang rela meninggalkan Bantul sesaat untuk ambil bagian dalam kelas di Sekolah Kehidupan, Juga Sisca Lahur yang mampu menghebohkan dengan goyang Inulnya, serta Lia Oktavia dan Uriati.
Yang menepati janji untuk hadir.

Senang mengenal semua, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Pak Sinang dan ibu yang berkenan hadir dan mempercayakan saya mewujudkan Kopdar II. Mohonkan maaf jika pada pelaksaannya banyak yang mengecewakan. Buat Ibu Nung, mungkin lain waktu saya bisa belajar banyak dari ibu.

Terima kasih teman-teman yang sudah mendoakan hingga acara ini terwujud. Juga terima kasih untuk yang sudah hadir. Dan maafkan segala kekurangan yang ada dalam acara ini. Mudah-mudahan bagi yang akan melaksanakan pertemuan selanjutnya bisa jauh lebih baik.

Terima kasih untuk keluargaku, Frisch, Bas dan Van yang rela membagi mamanya dengan komunitas Sekolah Kehidupan. Semoga kami tetap menjadi keluarga yang saling mengerti dan saling berbagi. Semoga Bas dan Van juga kelak menjadi orang yang menyenangkan bagi orang lain, sebagaimana mereka senantiasa menyenangkan aku dan suamiku. Dengan segala kenakalan dan kelucuannya. (Icha koraag, 20 Nov 2006. It’s my birthday)

No comments:

Post a Comment