PHK di hari VALENTINE

PHK di hari VALENTINE
Icha Koraag



Seperti biasa setiap pulang di pintu rumah aku disambut nyanyian selamat datang dari kedua anakku, Bas dan Van. “Mama pulang….mama pulang!” Lalu pelukan hangat keduanya menawarkan keletihan setelah seharian di luar rumah..
“Hayo, pada tidur siang gak?” tanyaku sambil menggendong Van dengan satu tangan.
”Tidur dong!’ Jawab Van sambil melingkarkan kedua tangannya di leherku.
”Aku makannya cepat!” lapor Bas.
”Oh yah. hebat dong, makan apa tadi siang?” tanyaku sambil melepaskan sepatu. Van dengan sigap meletakkan sepatuku di rak.
”Makan sayur dan telur!” lapor Bas lagi.
”Kamu makan apa Van?” tanyaku
”Nasi, sayur dan telur !” jawab Van membeo.
”Sekarang mama mau mandi dan ganti baju, sebentar kita ngobrol lagi.

Aku mebiarkan Bas dan Van di depan tv. Aku harus bergegas mandi dan menyiapkan makan malam. Sebelum masuk kamar mandi aku sudah menyiapkan bahan makanan yang akan ku oleh untuk makan malam. Ayam giling dan kentang untuk perkedel, baso ikan untuk campuran tumis kacang panjang dan tahu-tempe.

Keluar kamar mandi, kudapati sayur sudah di rajang, kentang sudah di kupas juga baso sudah di iris. Aku tersenyum, ada perasaan sayang yang mengalir deras dalam jiwa ini untuk suamiku. Ketika aku sibuk di dapur, ganti suamiku yang mandi. Hari ini istimewa, bukan karena 14 Februari dipahami sebagian masyarakat sebagai hari Kasih Sayang, hari Valentine.

Malam ini, aku akan menyampaikan sebuah kabar. Sebenarnya aku tak sabar menyampaikan kabar ini. Usai masak, aku mengeluarkan dua bungkusan kado untuk Bas dan Van. Sebetulnya mungkin mereka tidak mengerti apa arti hari Valentine, tapi tadi pagi aku harus menyiapkan bekal untuk anak-anakku karena kata Bas, hari ini ada Perjamuan Kasih, Itu artinya makan bersama. Dan Bas menyebut sebagai hari Valentine. Aku jadi ingat percakapan semalam dengan Bas.

”Ma, besok kan tanggal 14 Februari yah?” tanya Bas
”Ya, betul. Itu hari ulang tahunya Fabian loh!’ Aku mengingat ultah sepupu Bas.
”Iya, tapi kata ibu guru besok itu Hari Valentine” ujar Bas
”Oh yah? Apa artinya nak?” tanyaku
”Artinya kita boleh mengungkapkan rasa sayang kita dengan apa saja?” kata Bas mantap.
”Maksudnya?”
”Misalnmya kasih Bunga, kasih hadiah atau kasih apa saja” Ujar Bas lagi.
”Memangnya Bas sayang sama mama?” tanyaku
”Sayang lah!” jawabnya pendek
”Terus mau kasih apa?” tanyaku lagi
”Belum tahu!” Jawabnya lalu datang memelukku. Pelukan ini sudah melebihi hadiah apapun yang nanti akan diberikan Bas padaku, ujarku dalam hati
Kalau aku melihat jadual anak-anak, seharusnya perjamuan Kasih, Minggu lalu tapi berhubung Banjir melanda Jakarta dan sekolah di liburkan, maka Perjamuan Kasih baru diselenggarakan hari ini. Bekal yang harus di bawa anak-anak adalah makanan sehat. Dan itu dipahami sebagai sayur dan lauk lengkap dengan buah.

Oh yah kabar yang ingin ku sampaikan kepada keluargaku bahwa aku sudah tidak bekerja lagi, aku di PHK. Kalau tadi pulang bukan dari tempat kerja. Tapi dari pergi membeli kado untuk Bas dan Van.

Aku sudah selesai masak dan makanan sudah ku tata di meja. Aku keluar ke ruang tv, menemui Bas, Van dan papanya.

”Mama punya hadiah loh!” seruku. Bas dan Van serentak menengok dan tersenyum lebar.
”Untukku?” tanya Bas
”Untuk aku juga?” tanya Van
”Ya, untuk Bas dan Van!” Ujarku sambil mengulurkan kedua hadiah yang terbungkus kertas bergambar Mickey Mouse. Keduanya meompat dan menyerbu dalam pelukanku. Tak lama keduanya sudah sibuk merobek kertas pembungkus kado.

Bas berteriak kegeringan mendapat sebuah mainan pistol dengan sinar laser
Dan Van mendapat satu set mainan alat memasak. Bas kembali mendatangiku, memeluk, mencium dan mengucapkan terima kasih. Van mengikuti di belakangnya.

”Sekarang giliran papa yang kasih hadiah!” seru papanya. Kedua anakku kembali terkejut.
”Untuk aku?” tanya Bas
”Untuk aku” tanya Van
”Loh kan itu hadiahnya suah di buka!” ujar papanya
”Terus hadiah buat siapa?” tanya Bas
”Yah untuk mama dong!” ujar papanya sambil memeluk dan mencium keningku.

Ketika papanya memeluk dan menciumku, Bas dan Van tyurut memeluk, alhasil kami berempat saling berpelukan.
”Ok, cukup dong. Mama gak nafas nih!” Ujarku melepaskan peluka mereka.
”Aku sayang mama” kata Van
”Mama juga sayang sama Van” jawabku
”Mama sayang gak sama aku?” tanya Bas
”Pastllah, anak mama kan dua! Nah sekarang semua duduk. Ada yang mama mau kasih tahu”. Van langsung menempati pangkuanku, Bas duduk tak jauh dariku dan papanya tetap di posisi semula.
”Mama suah berhenti bekerja, itu artinya mama akan lebih sering bersama Bas dan Van, bermain dan belajar” Ujarku lalu diam sejenak. Tak ku sangka Bas bertanya dengan spontan
”Apa itu artinya aku berhenti sekolah?” tanyanya
”Loh kenapa?”
”Mama bilang kalau kita sudah tidak punya uang, aku berhenti sekolah!” tanya Bas dengan pandangan menusuk.
”Loh, mama bilang mama berhenti bekerja, bukan mama tidak punya uang!” jawabku
”iya, mama kan kerja untuk cari uang lah kalau berhenti uangnya dari mana?” tanya Bas. Sungguh diluar dugaanku, Bas sudah semakin kritis pemikirannya.
”Kan ada papa yang bekerja!” jawabku lagi.
”Kalau dari papa saja, apa cukup?” tanyanya lagi.
”Ya kita cukup-cukupi dong!” kataku sambil menahan rasa. Ada perasaan senang, geli campur haru.
”Sudah, sekarang kita makan. Papa lapar nih!” ujar suamiku menghentikan obrolan.
”Ma, apakah kita masih bisa makan di Mc Donald?” tanya Bas.
”Kalau uangnya ada, tentu bisa dong!’ jawabku sambil mengusap kepalanya.

Wajahnya berubah menjadi riang kembali. Sambil menuntun Van, aku menggiring keduanya ke meja makan. Tiba-tiba Bas berlari tak lama ia muncul dengan kedua tangannya di belakang.
”Bawa apa Bas?” tanyaku
”Aku juga punya hadiah untuk mama!: Ujar Bas sambil mengulurkan tangannya. Ketika tangannya terbuka, seuntai gelang dari manik-manik aneka warna nampak di telapaknya,
”Wah bagus bertul” pujiku sambil mengambil dan mengenakannya di tanganku
”Itu buatanku sendiri! Mama suka?” tanyanya lagi
”Suka dong! Terima kasih yah Bas.” jawabku sambil memeluknya
”Buat aku mana?” tanya Van sambil memegang gelang di pergelangan tanganku
”Vanes mau?” Nanti aku buatkan tapi musti minta papa beli dulu manik-maniknya!” Ujar Bas lagi.
”Mau, yang warna pink sama ungu yah!” ujar Van sambil tetap memegang gelangku.

Aku tahu gelang manik-manik itu hasil pekerjaan tangan Bas di sekolah. Karena aku yang beli manik-maniknya. Tapi sungguh aku tidak tahu kalau hasil akhirnya akan menjadi gelang dan diberikannya padaku. Aneka perasaan bercampur dalam dadaku. Lega karena sudah menyampaikan kepada Bas dan Van, bahwa aku akan semakin sering bersama mereka. Gembir karena mendapat hadiah dari Bas. Dan yang lebih ku syukuri, aku bisa menerima PHK ini dengan lapang dada. Ternyata menerima PHK tidak seseram yang dibayangkan.. Aku percaya ada rencana indah yang sedang Tuhan siapkan bagiku dan keluargaku. (Jakarta 14 Februari 2007)

1 comment:

  1. Anonymous1:03 AM

    Mbak Icha yang baik,

    Apa PHK itu bukan disebabkan tulisan Mbak "BOS dan HP"?
    Saya doakan Mbak dapat pekerjaan baru dengan Bos yang betul-betul pantas menjadi BOS.

    Salam

    ReplyDelete