PRASANGKA
Icha Koraag
Beberapa hari lalu aku menerima telephone dari resepsionis tempatku bekerja dulu. Memberitahukanku, mantan Bos mengundang makan siang bersama dalam rangka ultah beberapa teman kerjaku dan mantan bos ingin mengadakan “Farewell party” untukku.
Saat makan malam dengan suami, aku memberitahukan mengenai undangan tersebut. Menurut suamiku, semua terserah padaku. Namun harus dengan beberapa pertimbangan.
Usai makan malam, aku masih terus memikirkan undangan tersebut. Sudah satu setengah bulan aku meninggalkan kantorku, lucu gak sih kalau pesta perpisahannya baru dilaksanakan sekarang? Kira-kira ada maksud atau tujuan apa yah?
Pemikiran ini terus mengganggu hingga menjelang aku tidur. Namun sebelum terlelap aku sudah mengambil keputusan. Ketika aku bangun pagi, aku sudah memutuskan akan memenuhi undangan tersebut. Usai menjemput Van di sekolah, aku mengajaknya untuk ikut. Paling tidak, kalau suasana terasa tidak enak, ada Van. Van bisa menjadi pengalih perhatianku.
Bukan aku pengecut, biar bagaimanapun juga ada perasaan aneh. Aku
Saat tiba di bekas tempat kerjaku, suasan sepi. Soalnya ini hari Jumat, pasti teman-teman cowok sedang melaksanakan sholat Jumat. Van mendahuluiku masuk. Van memang akrab dengan kantor ini karena dulu ia selalu ikut suamiku menjemputku. Van pasti akan berkeliling ke semua ruangan dan menyalami serta menyapa teman-teman kerjaku.
Pintu terbuka, sosok Ida, resepsionis yang menghubungiku kemarin langsung memeluk dan mencium Van, kemudian baru memelukku. “Kangen loh mba!” katanya. Aku membalas pelukan dan ciuman di pipi. Tanpa ku Tanya Ida memberi informasi, Bos ada di ruangannya. Dua teman perempuanku sedang keluar dan dua lagi ada di kamar makan.
Van yang tadinya langsung menuju tangga, ku cegah dan ku ajak ke ruang makan. Dua temanku menyambutku dengan gembira. Pernyatannya sama dengan Ida. “Kangen!” Mereka juga menyapa Van, ketika aku terlibat obrolan dengan kedua temanku, Van sudah meninggalkanku. Ku pikir, paling-paling Van ke depan menemui Ida.
Tak lama kedua temanku akan kembali ke ruangannya di lantai dua, mereka mengajakku serta. Dengan tahu diri aku menolak. Biar bagaimanapun sekarang statusku tamu. Tapi mereka mengajak Van yang dengan gembira langsung berlari ke arah tangga. Ketika kedua temanku sudah turun kembali mereka tidak membawa Van karena Van sedang bertamu di ruang Bosku!
Pukul 12.30 satu persatu teman-teman cowok berdatangan, mereka gembira melihatku. Tapi aku tidak tahu apakah kegembiraan itu keluar dari hati. Yang kulihatkan hanya luarnya saja. Aku juga bertemu dengan Director Asocciate Research dan Manajer Keuangan yang turut andil menggolkan keputusan PHK bagiku. Ternyata pertemuan itu tidak menimbulkan perasaan apa-apa di hatiku. Awalnya aku enggan datang karena aku takut, masih ada rasa marah di hatiku. Ternyata ketika semalam aku memutuskan untuk memaafkan apa yang menyakiti hati dan perasaanku, kini berganti menjadi kegembiraanku dan perasaanku ringan-ringan saja saat bertemu dan bersalaman dengan keduanya.
Aku masih deg-degan karena belum bertemu dengan mantan bosku. Ketika aku asyik tertawa dengan teman-teman cowok, tahu-tahu mantan bosku sudah berdiri di belakangku dan menyebut namaku. Spontan aku berbalik. Ia tepat berdiri di hadapanku. Wajah dan penampilannya harus kuakui tetap cantik dan menarik. Blazer merah di padu rok batik sepanjang lutut membungkus tubuh langsingnya. Sangat kontras dengan kulit putihnya. Tapi paduan itu semakin membuatnya enak di pandang.
Ia memeluk, mencium dan menanyakan keadaanku. Dan hati kecilku tak bisa berdusta aku masih menyayanginya. Sama seperti ketika aku mengenalnya 15 tahun yang lalu.Aku tahu semua mata memandang ke arahku. Karena ketika aku dalam proses PHK, aku sempat berucap aku sangat membenci bos.
Tapi kini aku sadar, aku tidak bisa membencinya karena rasa sayangku lebih besar dari rasa benci itu sendiri. Beliau adalah orang yang menjadi panutanku ketika menapaki kaki di dunia karir. Ketika aku mempersiapkan diri berumah tangga, beliau pula tempat aku mencurahkan perasaan takut dan bingung kala harus berhadapan dengan keluarga mertua.
Beliau adalah orang kedua setelah ibuku yang banyak membei pelajaran tentang nilai-nilai kehidupan sebagai perempuan. Suara Vanessa memecahkan keheningan. Bosku berkomentar “Van is a sweaty baby girl” aku mengiyakan.
Aku, Van dan beberapa teman masuk dalam mobil bos. Empat mobil kami beriringan ke restaurant yang sudah di pesan Ida. Di
Van saat itu tampak centil dan menggemaskan mengenakan setelan rok dan jacket ungu dengan t-shit putih ungu di dalamnya. Sepasang ikat rambut berbentuk bintang juga berwarna ungu dan menyandang backpack bergambar Barbie berwarna pink ungu. Ia dan temanku Nisa tampak seperti dua sahabat.
Sebelum makan siang dan doa bersama, bos meminta aku duduk di sebelahnya kemudia ia membuka dengan mengumumkan yang berulang dan ucapan terima kasih padaku yang sudah bersamanya dalam 4 tahun. Dan mengharapkan kesuksesan bagiku kemanapun kakiku melangkah.
Ucapannya cukup menyentuh. Aku berdoa semoga itu memang ucapan yang tulus. Mantan Bosku memberikan aku sebuah kado dan kartu ucapan. Lagi-lagi suara Van yang minta minum menyelamatkanku dari perasaan cengeng.
Pulang dari acara tersebut, ada perasaan bahagian di dada ini. Ternyata menyimpan dendam dan amarah tak ada gunanya. Hanya membuat luka bathin yang menyiksa dan lebih sakit dari luka fisik. Ketika aku pasrah dan menerima keputusan PHK serta memaafkan orang-orang yang mengambil keputusan tersebut, hatiku ringan.
Dan apa yang aku pikirkan tentang pandangan orang-orang terhadapku belum tentu benar, mungkin saja semua itu hanya prasangka dan persepsiku. Hari ini kembali aku mensyukuri untuk semua teman-teman dan juga mantan bosku. Semoga mereka selalu di limpahi berkat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. (Icha koraag 24 Maret 2007)
No comments:
Post a Comment