Pembukaan Puasa, ditandai dengan libur sekolah. Demikian juga Bas dan Van. Mereka dapat libur dua hari tapi karena Sabtu, sekolah mereka libur maka libur menjadi empat hari plus hari Minggu.
4 hari libur terasa sangat panjang. Hari pertama, kami mengisinya dengan belajar sambil bermain. Aku bercerita sambil ikut mewarnai buku bergambar Bas dan Van. Keduanya memilih gambar dan pensil warna, sedang aku bercerita mengenai apa yang mereka warnai. Sebagian besar cerita adalah hasil imajinasiku.
Kebetulan gambar-gambarnya memudahkan aku bercerita. Buku bergambar Van berisi gambar putri dan buah-buahan. Sedang buku bergambar Bas berisi gambar binatang dan kendaraan.
Maka mulailah aku bercerita mengikuti yang ada di buku bergambar Van. Si putri berbaju indah ada di taman bunga, sedang menikmati keindahan taman. Bung-bunga bermekaran dan mengeluarkan keharuman membuat setiap orang merasa betah tinggal di taman.
Taman menjadi indah karena sang putri rajin menyiram dan memberi pupuk. Daun dan ranting yang patah selalu dibersihkan. Sehingga bunga-bunga di taman berterima kasih pada perawatan sang putri dengan selalu indah bermekaran. Demikian juga buah-buahan di kebun, berbuah banyak sehingga bisa dinikmati. Makan buah bisa membuat tubuh menjadi sehat karena buah banyak mengandung vitamin.
Untuk Bas aku bercerita, Tuhan menciptakan banyak binatang dengan beberapa kelompok. Belum selesai aku bercerita Bas sudah memotong.
"Aku tahu...aku tahu. Ada binatang buas, ada yang tidak buas dan ada binatang peliharaan!" Ujaranya sambil tertawa.
"Oh yah?" tanyaku takjub. "Bisa jelaskan sama mama, apa itu binatang buas, tidak buas dan peliharaan?" tanyaku lagi
"Binatang buas, binatang yang makannya daging seperi harimau. Binatang tidak buas seperti rusa, makannya rumput. Dan binatang peliharaan adalah binantang yang bisa membantu manusiaa seperti kerbau atau anjing di rumah!" Ujar Bas panjang lebar.
"Hebat! Anak mama memang hebat!" Seruku kagum.
"Aku hebat gak ma?" tanya Van
"Ya iyalah!" Ujarku santai mengikuti istilah yang kerap digunakan Van
Itu kegiatan hari pertama.
Hari kedua, usai sarapan Bas dan Van bermain sepeda. Ketika hari semakin panas keduanya minta es teh manis. Setelah menikmati es teh manis, keduanya ayik menonton VCD Harry Porter. Usai makan siang keduanya tidur.
Di luar dugaanku ketika sehabis makan malam, Bas minta uang untuk beli petasan. Untuk masalah ini, aku dan papanya sempat bertentangan. Menurut papanya ijinkan saja, dulu papanya juga main petaan. Tapi mengingat aku punya mami yang sangat takut dengan petasan jadi aku jelas menolak. Di tambah alasan bermain petasan bisa membahayakan.
Namun akhirnya aku kalah, tak tega rasanya melihat wajah Bas menjadi mendung dan nampak hujan akan turun. Papanya mengangkat bahu tapi aku sempat melihat kilisan senyum di bibirnya. Dengan banyak pesan kuijinkan juga Bas bermain petasan.
Aku yang mencoba menutup telinga dan berkonsentrasi membaca tetap terganggu. Maka terpaksa aku keluar, selain ingin melihat Bas, juga memastikan Van tidak dekat-dekat. Hatiku berubah menjadi hangat, manakala kulihat binar-binar kegembiraan di mata Bas dan Van serta tawa renyah mereka berdua. Mereka tidak bermain dengan orang lain, hanya berdua saja.
"Hati-hati Bas, jangan sampai kena diri sendiri!" Pesanku.
"Aku sudah bisa kok!" Seru Bas lalu memperlihakan bagaimana ia menyalakan satu petasan kecil lalu melemparkan agak jauh dekat ke arah pagar. Suara petasan cukup memekakkan telingaku tapi terasa seperti musik yang mengiringi suara tawa Bas dan Van.
"Tuh ma, kakak jagokan!" puji Van sambil mengacungkan jempolnya.
Akhirnya aku menunggui keduanya bermain sampai petasannya habis, lalu mengiringi mereka ke kamar mandi, mecuci kaki tangan dengan sabun, tak lupa gosok gigi. Berganti pakaian dan menyertai keduanya ke tempat tidur. Kegembiraan mereka masih terbawa di atas tempat tidur. Sekitar 15 menit aku menina bobokan mereka sebelum akhirnya keduanya di buai mimpi.
Dan hari ini hari ketiga liburan. Bas membawa sepeda ke tanah lapang yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Papanya mengijinkan karena tempatnya memang layak untuk bermain sepeda atau bola. Bersukur juga aku masih ada sarana bermain yang luas buat anakku. Tinggal Van yang uring-uringan karena tidak boleh ikut Bas.
Papanya membujuk akan mengajari Van naik sepeda roda dua. Ketika aku sibuk di dapur memasak, aku masih mendengar aba-aba papanya tapi tak lama suara itu hilang. Ketika ku tengok ke halaman depan sudah tak ada siapa-siapa. Aku kembali ke dapur. Sayup-sayup aku mendengar teriakan-teriakan Van dan papanya.
Beberapa saat ku dengar suara tapak kaki mendekati dapur. Van muncul dengan keadaan basah kuyup oleh keringat. Tapi wajahnya penuh senyum.
"Aku sudah bisa loh ma!" lapornya.
"Mama tahu!" jawabku
"Kok tahu?" tanya Van heran
"Mama dengar, tadi di sampingkan belajar sepedanya?" ujarku
"Iya, hebat kan?" tanya Van
"Pasti!"
"Ya papa dong yang hebat!" tiba-tiba papanya muncul di belakang Van dengan keadaa yang tak berbeda.
Aku tertawa melihat penampilan keduanya.
"Pinggangku mau patah!" ujar Frisch.
"Bersih-bersih dulu sana, sebentar mama buat es buah!" ujarku mengusir keduanya lalu melanjutkan kegiatanku.
Usai urusan dapur beres, Bas pulang dengan seluruh tubuh kotor. Dalam hati aku berkata, ini main sepeda atau berkubang di lumpur sih? Tapi kata sebuah iklan sabun cuci, berani kotor itu berarti penuh imajinasi. Dan ada pelajaran berharga di sana. Jadi aku cukup menarik nafas panjang. Memastikan Bas masuk kamar mandi dan mandi.
Hari keempat liburan, masih besok, Jadi ceritanya sampai sini dulu.
Icha,
ibu yang selalu berdoa dan berusaha agar memiliki kesabaran seluas samudra.
No comments:
Post a Comment