(Bagian 3) LUWUK: Akhirnya sampai juga.




















Bus besar ini tak ada bedanya dalam kapasitas angkut seperti bus Bitung Indah. Di atas bus terikat bagasi yang tingginya hampir satu meter lebih. Sayang kamera low bat jadi gak bisa mengabadikannnya. Di belakang bus diikat kursi, lemari, sepeda motor, sehingga bus tambah panjang hampir satu meter. Dan di dalam bus pun penuh kardus-kardus bagasi. Perjalanan sama tidak enaknya. Karena nampaknya penumpang dimanjakan. Beberapa wanita minta diberhentikan di sebuah pusat tanaman hias dan mereka membeli berpot-pot tanaman hias seperti Anterium dan gelombang cinta. Dilain perhentian sebagian penumpang belanja durian karena memang musimya.

Entah berapa lama saya tertidur. Ketika kaki ini mulai terasa tak enak, saya membuka mata. Di luar jendela, semburat merah mentari mulai nampak. Hanya segaris tipis dari batas laut. Kemarin sore saya sudah menghubungi kontak saya dan memberikan nama bis yang saya tumpangi. Kontak saya tahu dimana letak pool. Saat bus mulai mengurangi kecepatan dan berhenti disebuah lampu merah, hati saya bergetar. Saya melihat disisi kanan sebuah gereja. Bukan gerejanya yang membuat saya bergetar. Bangunan gereja indah namun nama gerejanya mengingatkan saya pada matahari kehidupan saya. Gereja itu bernama Calvari.

Dan itu nama putera sulung saya Bastiaan Calvari Monoarfa. Mengingat Bas, selalu membawa ingatan saya pada adiknya Van.Mereka jauh dan lama saya da pasangan tinggalkan. Karena pada waktu yang bersamaan, suami sayapun tengah keliling Kalimantan. (Diakhir perjalanan suami saya, kami bertemu di Menado! Ini cerita dilain kisah)

Akhirnya di Pool Bus, kontak saya sudah menunggu. Saya diantar ke hotel untuk mandi. Saya hanya punya waktu kurang dari satu jam sebelum dijemput kembali untuk melakukan tugas. Istirahat…………….? Masih lama. Pukul 08.30 saya bertugas hingga pukul 14.00. Lalu saya minta diantar kembali ke hotel untuk tidur dan berjanji akan makan malam bersama di tepi pantai.

Tidur ditempat tidur berselimut nan lembut, sungguh memanjakan. Terbayar sudah kelelahan dua hari dua malam di bus jelek dan busuk. Disambut keindahan dan keramahan warga Luwuk, menyempurnakan perjalanan saya. Saya diantar keliling kota, bahkan naik keperbukitan sehingga bisa melihat Luwuk diwaktu malam seperti permandangan Puncak di Jabar ke arah kota Bogor. Bedanya kota Luwuk tak terlalu dingin.

Siang tadi saya sudah menyantap makanan laut, malamnya saya dijamu bakso dan pisang goreng yang kami santap ditepi laut. Asyik, enak dan menyenangkan.Pukul 10 malam, saya berpamitan pada semua sambil tak lupa meninggalkan no tlp dan email serta berjanji akan tetap saling berkabar. Keesokan pagi pukul 4. subuh, resepsionis hotel membangunkan. Saya bergegas mandi dan sarapan karena tak lama saya sudah dijemput untuk diantar ke Bandara bubung.

Matahari masih mengintip malu tapi saya siap melanjutkan perjalanan. Kali ini Menado tujuiannya. Dengan Foker 100 merpati, sebuah pesawat kecil yang lagi-lagi mendebarkan hati harus saya naiki.Sempat adu argument lantaran kapasitas bagasi hanya 10 kg. Sedangkan bagasi saya 14 kg. tak mungkin satu saya tinggalkan karena perjalanan saya masih jauh dan lama. Setelah panjang lebar berargumen akhirnya 2 tas modal kerja dan pakain bisa saya angkut. Selamat tinggal Luwuk, jika sekali berkunjung pasti akan ada kunjungan kedua. Nantikan kedatangan saya. Icha Feb 2008

4 comments:

  1. Anonymous9:01 PM

    wahh so nice i like it much tq for sharing

    ReplyDelete
  2. Thanks you juga. udah mau mampir dan baca. Blog kamu juga keren abis. Ajarin dong.

    ReplyDelete
  3. aku merasa cukup terhibur dengan tulisan kamu....

    ReplyDelete
  4. Thanks Jufrizal. Salah satu tujuanku menulis, ya untuk menghibur orang lain.

    ReplyDelete