BASTIAAN'S GRADUATION DAY

Graduation day

Hari pertama kelas I SD

Hasil ujian menari

Waktu berjalan demikian cepatnya. Setahun yang lalu, saya dan suami duduk di aula ini untuk mendengarkan pengarahan Kepala Sekolah kepada orang tua murid kelas VI.  Hari ini, Sabtu 16 Juni 2012. Pihak sekolah mengembalikan anak-anak didik kepada Yayasan dan Yayasan megembalikan anak-anak didik kepada kami, selaku orang tuanya.

Hari ini bukan hanya pengumuman kelulusan tapi dilangsungkan dengan Graduation day! Di mulai dengan kebaktian pengucapan syukur atas hasil jerih payah semua, sehingga proses belajar dan mengajar selama 6 tahun khusus buat yang duduk di kelas VI, berjalan dan menghasilkan buah yang manis. 100 % lulus.

Setelah 6 tahun mendampingi si kakak belajar di SDK Lemuel II, hari ini saya sulit menggambarkan perasaan. Entah mengapa sejak datang dan duduk di aula ini, perasaan saya campur aduk. Airmata ini mengalir begitu saja. Saya sadar di kakak terus menerus menatap wajah saya tapi tidak berani bertanya. Semuanya karena haru dan gembira. Si kakak mungkin bingung, kok si mama nangis padahal si kakak lulus dengan NEM yang baik 26,1 atau rata-rata 8.7. Walau bukan yang terbaik di sekolah tapi kakak tetap yang terbaik buat mama dan papa. Bast is the best, semboyan si papa!

Perjalanan mendampingi si kakak 6 tahun di SDK Lemuel II, penuh dengan gejolak. Peran papanya sangat besar dalam berkomunikasi dengan pihak sekolah. Bahkan dengan sesama orang tua murid. Bahkan para orangtua murid lebih mengenal papanya Bas daripada mamanya Bas. Makanya waktu si adik (Van) Masuk sekolah mulai dari playgroup hingga sekarang jelang naik kekelas VI, saya mencoba lebih eksis biar pihak sekolah dan orang tua murid kenal siapa mamanya Van.

Ketika Bas di hukum karena terlmbat, papanya mengkonfrontir ke pihak sekolah. Karena keterlambatan yang tidak sampai 5 menit. Bas yang waktu itu baru kelas 1 SD, (Sekolah baru berjalan 3 bulan) dihukum sepanjang jam pelajara sekolah (Sekitar 4 jam) Hukumannya tidak berat hanya memakai kalung bertuliskan  Aku anak malas! Persoalannya tidak sesederhana itu, Bisa di baca disini. http://vanenbas.blogspot.com/2006/09/kisahku-anaku-di-permalukan.html


Kenangan mulai si kakak kelas I hingga hari ini, berputar bagai video dalam pikiranku.



Si kakak memegang payung hijau
Usai kebaktian pengucapan syukur dilanjutkan tari-tarian persembahan siswa. Sekaligus bukti praktek menari. Si kakak menari! Yah, jagoan kecil saya menari! Saya tahu pasti si kakak tidak suka menari. Karena terkesan perempuan. Tapi ia tak punya pilihan karena menari adalah salah satu mata pelajara yang diujikan praktek. Alhasil, kembali dada saya tergedor-gedor. Antara geli, bangga dan haru. Bagaimana tidak akan geli, jagoan kecil saya tak punya pilihan, ia harus menari. Tapi saya melihat ia menari dengan enjoy. Bahkan wajahnya nampak bersinar (lampu kaleeee). Tapi saya yakin perasaan semua orang tua sama, jika melihat hal postif yang dilakukan anak-anaknya. Bangga!

Pertunjukan  tari di tutup dengan tarian “Manotor” dari Medan. Tarian yang sejak kemarin diperbincangkan karena Negara tetangga lagi-lagi mengklaim sebagai warisan budaya Nusantara dan Malaysia akan mematenkannya. Gila benar! Tapi kalau tidak diganggu Malaysia, bangsa Indonesia terkadang lalai menjaga bahkan terkesan dibiarkan. Karena yakin budaya akan bertahan sendiri. Padahal budaya tetap perlu dilestarikan, bukan sekedar diaplikasikan hanya pada kondisi tertentu bahkan hanya pada saat pameran atau karnaval yang bersifat seremonial belaka. Ini bisa celaka. Sudah saatnya budaya Indonesia dipelajari sejak di bangku sekolah dasar, agar anak-anak tahu apa yang melatarbelakangi budaya tersebut dan lebih menghormati serta menghargai.

Nah tari Manotor yang menutup serangkai tarian persembahan anak-anak kelas VI ternyata ada unsur sengaja diletakan sebagai tarian terakhir,  yaitu untuk mengumpulkan dana  pembelian buku-buku diperpusatakaan. Ya, tarian Manotor atau Tor-tor dari Sumatera Utara (Tano Batak) ini memang biasanya  penonton akan “menyelipkan" uang di jemari para penari. Begitu Gondang 9 bertabuh, anak-anak mulai menari, para ibu guru bergabung untuk manotor juga dan  para orang tua murid merogoh tas/dompet. Dalam tempo tak sampai 20 menit, terkumpul dana Rp. 2.750.000. Nilai yang lumayan untuk membeli buku. (Tidak bisa posting gambar soalnya di buat video sama si kakak. Saya belum tahu upload videoa bagaimana caranya)

Bu Betty
Rupanya hari ini juga dijadikan kesempatan beberapa bapak dan ibu yang waktu mudanya ternyata bintang radio untuk mempersembahkan sebuah lagu untuk di lelang dan uangnya diberikan kepada wali kelas VI, Ibu Betty yang beberapa waktu kecelakaan dan masih menjalani pengobatan. Bu Betty karena tanggung jawabnya sebagai wali kelas VI, pasca kecelakaan tetap mengajar walau harus menggunakan tongkat. Satu lagu yang dilelang saya dengar berhasil terkumpul Rp. 3. 750.000. tapi dapat info dari Mama Gisela, Mama Jemima dan Mama Fio sumbangan mengalir terus hingga terkumpul lebih dari Rp. 6 juta rupiah. Semoga bermanfaat ya bu.


Puding coklat saos mocca mamavanenbas

Acara diselingi makan siang bersama yang sudah disiapkan para orang tua murid. Salut buat para orang tua murid yang mau tanggung renteng dan bersusah payah mempersembahkan makan siang. Tanpa jasa layanan catering. Para ibu-ibu memasak dan menata. Saya ikut partispasi dengan 150 cup pudding coklat saos mocca. 

Bu Dina perwakilan dari yayasan megembalikan anak-anak
ke orang tua masing-masing.
Usai makan siang dilanjutkan dengan prosesi pengembalian anak-anak didik kepada orang tua. Pihak yayasan mengucapkan terima kasih karena telah dipercaya menerima, mengasuh dan mendidik anak-anak. Tentu saja, kami para orang tua juga berterima kasih. Memang kami mengeluarkan biaya yang tidak sedikit tapi materi tidak sebanding dengan apa yang sudah dicapai anak-anak. Kali ini airmata saya banjir. Para siswa kelas VI menyanyikan I have a dream. Ya, saya tahu kalian punya mimpi. Bermimpilah nak! Sesudah itu bangun dan kejarlah mimpi kalian! You are a Lemuel little star, go and you will be shine.

 Semua siswa kelas VI menghampiri para orang tua.  Si kakak  dengan berpakaian toga datang menghampiri saya dan papanya sambil membawa setangkai mawar dan sebungkus coklat bengbeng, sebagai ungkapan cinta yang manis dan ucapan terima kasih. Diluar dugaan saya si kakak dengan terbata-bata mengucapkan terima kasih dan minta maaf kalau selama ini sudah banyak membantah! Si kakakpun menangis. Jagoan kecil saya menangis dalam pelukan! Perasaan saya semakin teraduk-aduk. Dada ini terasa mau pecah. Sempat terpikir, berapa lama si jagoan kecil ini muat dalam pelukan saya? Saya tak mau melihat ke arah papanya. Memang dia tidak menangis tapi saya percaya perasaannya juga campur aduk. Jagoan kecilnya sudah mulai beranjak remaja!

Terima kasih, Ma! Ucap si kakak
Terakhir semua siswa kelas VI menerima berkas dokumen berupa Surat Ketarangan Hasil Ujian Nasional dan foto bersama. Selamat buat jagoan kami Frisch Bastiaan Calvarie Monoarfa.  We proud and love u forever! 18 Juni 2012











3 comments:

  1. hiks, aku ko terharu liat fotonya yang lagi pelukan tuh mba.. selamat yaa kaka sudah lulus, selamat melanjutkan tingkat yang lebih tinggi

    ReplyDelete
  2. sy bisa ngebayangin gimana terharunya mbak.. Setiap tahun kalo pas acara pentas seni sekaligus ambil raport d sklh anak sy kan suka di umumin siswa/i terbaik yang lulus dr kls 6.. Sy dengernya aja ska terharu.. Pdhl anak sy baru kelas 2.. Gimana nanti kl anak sy udah kls 6 ya.. Pasti bisa lebih terharu lagi nih...

    ReplyDelete
  3. jeng......maaf sy ralat ya, 1.hasil pengumpulan dana melalui lelang lagu terkumpul lebih dari 6 juta rupiah,dan kemungkinan msh lebih krn setelah selesai acara lelangnya msh banyak yg memberikan tanda kasihnya buat bu betty. 2."boy Band" tersebut di atas, justru di masa mudanya adalah penyanyi dan bintang radio (dulu ga ada idol2an) dan tercetuslah niat mrk membantu pengobatan bu betty dg talenta yg mrk miliki, bukan krn mau narsis. thankyou

    ReplyDelete