Sulawesi nan Mengesankan


Bingung juga kalau harus memilih perjalanan mana yang paling mengesankan. Tiap tempat punya kisahnya masing-masing. Tapi baiklah kita mulai saja menulis dan biarkan otak dan jemari ini yang menuntun pada kisah perjalanan yang kan tertulis. Saya adalah orang yang beruntung mendapatkan kesempatan melihat dan mampir di 30 propinsi di Indonesia. Tapi baru sekitar 200 an kota propinsi dan kabupaten yang saya singgahi. Sebagian besar saya lakukan karena perjalanan dinas.

Ini seperti jawaban Tuhan atas nasar saya ketika kecil. Dulu saya bertekad tak akan ke LN sebelum berkeliling Indonesia. Tuhan menjawabnya karena baru 30 propinsi jadi saya belum berkesempatan ke LN. Aceh Maluku Utara dan Maluku adalah tiga propinsi yang belum saya kunjungi.

Tahun 2008 saya sempat melakukan perjalanan dinas yang luar biasa. Selama satu setengah bulan keliling Sulawesi. Sekitar 25 kota yang saya singgahi. Tapi tiap dua minggu saya pulang untuk tukar baju kotor dan melepas rindu dengan anak-anak. Pada saat yang sama Suami saya melakukan pekerjaan yang sama tapi untuk wilayah kalimantan. Biaya telepon melonjak hingga jutaan dan jangan ditanya berapa banyak airmata yang tertumpah.  Tapi seimbang dengan pengalaman batin yang saya rasakan. Saat itu anak-anakku berusia 5 dan 8 tahun. Tapi sejak si kecil bayi belum tiga bulan saya memang sudah meninggalkannya karena panggilan tugas.

3 hari 2 malam saya bersama bis yang tak seindah namanya (Bis Bitung Indah)


Mencari "kawan" seperjalanan seorang Brimop dari Polda Gorontalo

Perjalanan dengan bis di Jawa masih jauh lebih menyenangkan terutama bis-bis yang relatif jauh lebih bagus. Tapi saya tak punya pilihan manakala jadwal penerbangan dimajukan pada saat saya masih bertugas. Karena padatnya jadwa pekerjaan maka tak punya pilihan lain selain melanjutkan dengan perjalanan darat. Kisah perjalanan dari Sorowako (Sulawesi selatan) ke Luwuk Banggai (Sulawesi tengah) bisa di baca di sini   di sini dan di sini Apakah perjalanan itu membuat saya kapok? Pastinya nggak lah. Tapi termasuk salah satu kisah yang masih kuat dalam ingatan saya.


Lain lagi kisah ketika saya ke Toraja. Tujuan wisata yang satu ini setingkat tujuan wisata kelas dunia. tapi jujur saya bingung. Toraja dikenal justru dengan budaya ritual kematian. penguburan serta kuburannya itu sendiri. Kalau orang-orang ingin melihat lagi saya tidak. Satu kali sudah cukup. Tempat menyeramkan penuh dengan peti mati tulang belulang dan wisatawan harus masuk dalam goa batu yang membuat kita nyaris merangkak. Mengapa tempat itu menjadi daya tarik? Saya tidak mengerti.

Berdiri diantara sisa-sisa property pemakaman di gua batu Londa, Toraja. Mau narsis padahal deg-degan soalnya, banyak mayat dan tengkorak di sekitar situ hanya berjarak beberapa meter dalam gua batu.

Saya berdiri di depan deretan rumah khas Toraja yang disebut Tongkonan dari asal kata Tongkon yang artinya duduk bersama-sama. Umumnya rumah khas Toraja ini menghadap utara yang dianggap arah sumber kehidupan, umumnya berbentuk panggung. Bagian bawahnya untuk kandang kerbau. bagian atas tongkonan berbetuk perahu. Menceritakan asal usul orang Toraja yang datang dari China dengan naik perahu.

Di salah satu makam, yang sudah rada modern, dalam batu besar yang di buat sendiri dan ada patung wajah almarhum. Makam ini bisa memuat lebih dari satu jasad. Jadi semacam inventaris jangka panjang buat rumah masa depan.
Sepasang jenasah Romeo & Juliet versi Toraja. Di pekuburan batu khas Toraja Londa. Di makam ini jenasah di simpan dalam goa batu.

Masih dalam rentang waktu perjalanan yang sama saya singgah di Bone.Pada masa lalu pertingkaian antar kerajaan menjadi masalah besar. Akhirnya perlu dibuat semacam kesepakatan damai. Antar kerajaan tersebut . Di Kawasan Tanah Bangkalaelah perjanjiann damai di sepakati. Dulu saja sudah tahu berkelahi itu tidak baik. Dan ratusan tahun kemudian Indonesia sudah bersatu. Keindahannya terkenal hingga ke penjuru mancanegara. Apakah akan kita biarkan hancur dan saling berperang untuk sesuatu yang tak penting?

Di tengah taman di kota Bone, berdiri di bawah patung Aru Palaka. perhatikan perbandingan besar saya dan patung tersebut. Menurut cerita penduduk setempat, Patung Aru Palaka berukuran seperti aslinya. Jadi kebayang gak, sebesar apa Tokoh yang satu ini? Ketika pematung membuat ukuran kaki yang salah si pematung langsung sakit, ketika diperbaiki sesuai ukurannya, barulah si pematung sembuh. Dan saya bahagia bisa mengambil gambar di depan patung ini.

Kisah tempat ini bisa di baca di sini



Di singgasana Aru Palaka, Bone Sulsel


Ini hanya sebagian cerita dan gambar yang sempat saya dokumentasikan. Indonesia tidak akan pernah cukup di tulis dan diabadikan dalam gambar. Indonesia terlalu luas untuk puas dalam satu rengkuhan perjalanan. Saya percaya tiap orang punya kisah masing-masing dalam perjalanannya. Saya tetap punya cita-cita suatu hari bisa mengeliling Indonesia bersama kedua buah hati saya. Di saat mereka sudah paham akan artinya perjalanan kehidupan. Bukan sekedar menikmati keindahan tempat dan keramahan masyarakatnya tapi lebih dari itu. Mencintai Indonesia sebagai bagian dari asal usul napas kehidupan.

7 comments:

  1. woogh! kereeeeenn. saya kapan ya bisa keliling Indonesia. taunya Indonesia cuma Jawa-Bali doang. huhuhu.

    ReplyDelete
  2. wah Mak Icha yg cantik duduk di singgasana yg cantik pula, :) sepertinya menyenangkan..

    ReplyDelete
  3. 25 kota di sulawesi dalam waktu satu setengah bulan....wow sungguh perjalanan yang luarbiasa....
    selamat berlomba ya...semoga menjadi yang terbaik...salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
  4. huaaa,,saya merinding liat foto di Guanya, Mak.

    Untung saja ga ada penampakan di foto *ini sih saya lebay*. Hehe

    ReplyDelete
  5. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. Memang kisah perjalanan yang seru. Saya termasuk yang beruntung.

    ReplyDelete
  6. Maaak....betul-betul perjalanan yang asyiiik...saat menceritakannya sekarang seru ya, pas menjalaninya penuh perjuangan hehehe...hebat lhoo, sudah hampir keliling Indonesia...aku belum hiks...baru 20 propinsi, masih sisa 13...semangaaat :D...thanks for joining my GA...dokumentasinya lengkap, gaya ceritanya asyiiik...miss u tons maaak...serunya berItchyFeet riaaa ...

    ReplyDelete
  7. Muehehe.. Toraja ya, aku masih kepingin balik lagi, tqpi nggak ke kuburan, pingin wisata alam di batutumonga

    ReplyDelete