Waroeng Mee: Tempat Nongkrong Asyik, Seru dan Gaul, Resmikan 3 Outlet

Nama Baba Rafi, saya kenal sudah cukup lama. Jauh sebelum saya bertemu dan berkenalan dengan pasangan Hendi Setyono dan Nilam Sari,  saat pembukaan Waroeng Mee, Semacam Tempat Nongkrong  pertama di jalan Blora, dekat stasiun KA Sudirman. Membaca dan mendengar perjalanan keduanya, menjadi kisah menarik dan menginspirasi, bagi siapapun yang akan memulai usaha terutama usaha di bidang kuliner.

Waroeng Mee, mengusung tag line Semacam tempat Nongkrong. Pilihan tag line yang cerdas. Karena membiarkan konsumen mengartikan sendiri. Kalau Waroeng Mee, semacam Tempat Nongkrong, terus yang dibilang tempat Nongkrong yang seperti apa? Nah, kan? Jadi mikir. Daripada mikir lebih baik datang dan mencoba sajian yang ada di sana. Makanan dan minumannya bakal bikin nagih dan ingin balak lagi. Bahkan tempatnya yang cozi membuat betah berlama-lama di sana.

TEMPAT NONGKRONG ASYIK, SERU dan GAUL
Saya memiliki sepasang remaja yang sedang senang-senangnya nongkrong dan gaul. Kalau dilarang, kok ya saya seperti tidak pernah jadi remaja. Membiarkan nongkrong, sebagai orangtua ya kok nggak legowo juga. Di kepala saya lebih banyak hal negative yang terlintas kalau mendengar anak-anak nongkrong. Nggak perlu saya cerita deh, kenapa pemikiran negative ini ada di kepala. Tapi saya nggak bisa mengurung anak-anak saya. Ini zaman mereka dan saya harus menerima. Saya jadi ingat kata orang pintar, yang mampu memenangkan persaingan adalah mereka yang bisa beradaptasi.

Jadi untuk memenangkan hati anak-anak, saya dan pasangan beradaptasi, menyesuaikan dengan situasi dan keadaan. Mereka mau nongkrong, silakan. Berat tapi harus dilakukan, kami memberikan kepercayaan. Walau tempat-tempat nongkrongnya, kami seleksi lebih dulu. Saat anak-anak mengatakan akan ngumpul/nongkrong di A, maka sehari sebelumnya saya dan suami sudah menyusuri sekeliling tempat A, duduk mengawasi di pojok, termasuk memesan makanan dan minuman. Ini bukan paranoid. Tapi kesalahan kecil saja, bakal membuat penyesalan seumur hidup.

Untungnya, saya dan pasangan terbiasa terbuka dan membangun komunikasi dengan anak-anak. Berbicara dan mendengar, menjadi sebuah kebiasaan yang kami kembangkan sejak-anak-anak bertumbuh sejalan dengan usianya. Dulu saat mereka masih anak-anak, saya dan suami memegang kendali penuh, artinya kami memberikan kesempatan mereka mengungkapkan pendapat tapi banyak keputusan yang kami arahkan.

Sejak mereka masuk remaja terutama terhadap si sulung, saya dan suami banyak menahan diri. Oh ya, keduanya kini berusia 13 tahun dan 16 tahun, Juli nanti. Perubahan pola asuh harus kami lakukan seiring pertumbuhan usia mereka. Siapa sih orangtua yang nggak ingin selalu ada dan dekat dengan anak-anaknya? Tapi seperti Kahlil Gibran katakana lewat puisinya:

 “Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu.
 Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu”


Hiks…tiap membaca puisi ini, selalu ada yang bergemuruh di dada. Bener banget tapi nggak mau mengaku. Dengan segala ego, saya mau bilang: Gila aja, lebih dari sembilan bulan tumbuh di perut gue, hidup dari darah dan napas gue terus gue nggak bisa bilang, mereka milik gue? Kenyataannya emang gitu. Ketika anak-anak itu sudah lahir ke dunia, sudah menjadi miliknya sendiri. Mereka punya takdirnya sendiri, duh kok gue jadi curhat. 



WAROENG MEE

Waroeng Mee pertama di jalan Blora jadi tempat yang dengan sengaja saya dan pasangan membawa anak-anak, untuk memperkenalkan Semacam tempat Nongkrong.  Sept 2015 saya diundang untuk mencoba sekaligus berkenalan dengan Mas Hendi Setyono dan Mba Nilam Sari.  Lalu kembali datang bersama suami dan anak-anak. Hingga kami memasukan Waroeng Mee, sebagai tempat ramah untuk nongkrong anak-anak dan keluarga. Kenapa pilihannya Waroeng Mee?

1.       Saya mengenal pemiliknya
2.       Makanan dan minuman enak
3.       Harganya terjangkau
4.       Pelayanannya ramah dan baik.
5.       Saya sudah melihat dan mengenali lokasi

Sebetulnya no satu, agak istimewa. Karena nggak semua tempat kuliner saya kenal pemiliknya. Paling jauh manajernya saja. Itupun terkait review resto. Yup, saya blogger yang sering mendapat kesempatan mencoba tempat-tempat makan baru.

Sedangkan no. 2 hingga 5, adalah persyaratan yang selalu saya gunakan untuk menentukan atau datang ke tempat makan. Rasa, nggak bisa di tawar, dalam pengertian kalau enak, pasti akan di cari walau harga agak mahal dan lokasinya sulit di cari. Tapi biar mahal, lokasinya mudah di dapat tapi rasanya nggak enak, maaf saja, saya mah nggak bakal balik. Terus kalau pelayanan? Penting banget. Pelayanan lama dan nggak ramah, sepele tapi penting. Saya bakal protes keras dan berdampak, berpikir ulang untuk datang kembali.

Untuk bisnis kuliner, rasa dan harga selalu nomor satu. Rasa enak membuat harga menjadi tidak terlalu penting. Lokasi dan pelayanan, dua komponen selanjutnya yang tetap harus jadi perhatian. Semua unsur yang menentukan itu ada di Waroeng Mee. Pengalamam pemilik dan pengelola Semacam tempat Nongkrong ini, paham benar dengan bisnis yang mereka tekuni. Lokasi strategis, rasa enak, harga terjangkau dan pelayanan yang ok, ada semua di Waroeng Mee.


SEKILAS BISNIS BABA RAFI dan WAROENG MEE

Industri kuliner terus berkembang pesat. Sebuah indikasi, dinamika perekonomian. Baba Rafi Enteprise yang dikelola, Hendi Setyono dan Nilam Sari, adalah salah satu bisnis kuliner yang terus menggeliat. Bukan tak ada aral melintang yang menghadang, namun rasa optimis, kerja keras, keyakinan dan berani mencoba menjadi juru-jurus andalan keduanya dalam mengelola bisnis kuliner. Membaca dan mengikuti kisah kesuksesan dan kegiatan keduanya, membuat saya tak heran jika usaha mereka maju bak anak panah yang melesat. Kepercayaan investor adalah indikasi lain dari kesuksesan keduanya dalam mengelola bisnis kuliner.

Saya mengikuti perkembangan dan pertumbuhan Waroeng Mee dari yang pertama di jalan Blora, diikuti di BSD, Bulan Sept 2015, lalu tiga sekaligus dibulan Mei 2016, Tebet, Surabaya dan Tangerang. Kalau kata orang bisnis, ini pertumbuhan yang progresif banget. Saya tidak meragukan, mengingat bisnis ini sudah dibangun cukup lama.

Hendi Setyono, memulai coba-coa bisnis sejak mahasiswa. Jatuh bangun, babak belur dan rugi adalah salah satu jalan mengantarkannya pada kondisi yang sekarang. Jadi jangan pernah berpikir enaknya saja, kalau melihat sebuah kesuksesan. Karena ada jalan “berdarah’darah” di sana.

Kini jika ada yang berminat bisnis kuliner, bisa menghubungi Baba Rafi Enterprise.  Karena Baba Rafi Enterprise mengembangkan usaha warlaba. 

PEMBUKAAN 3 OUTLET: WAROENG MEE 3 IN 1

Kamis, 26 Mei, saya bersama Komunitas Pedas yang membawahi Blogger Cihuy datang saat pembukaan Waroeng Mee 3 ini 1. Di Outlet Waroeng Mee di kawasana Ki Samaun, Tangerang. Hujan sempat menghentikan perjalanan kami, begitu hujan reda kami konvoi 3 motor menunju lokasi. Beberapa kawan sudah lebih dulu dengan menggunakan kereta api. Oh ya walau lokasinya di Tangerang, buat kalian di luar Tangerang, mudah kok  mengunjunginya. Naik kereta api saja, turun stasiun terdekat terus cus by ojek Cuma Rp. 10.000. sampai deh.

Sekali lagi saya harus memuji, dengan pilihan lokasi di Ki Samaun Tangerang. Sejak lama, Pasar lama dan sekitarnya di Tangerang sudah terkenal dengan wisata kulinernya. Mie ayam, bubur ayam, kwetiau, sate, aneka soto, bakso, nasi uduk dan banyak lagi. Kuliner di Pasar lama Tangerang sudah menjadi tujuan yang asyik dilakukan diakhir pekan.

Waroeng Mee, menambah pilihan baru buat anda yang suka akan makanan unik dan enak. Karena namanya Waroeng Mee, tempat ini menyediakan mie dengan banyak sentuhan. Salah satunya menu mie salju, mie dengan saus keju. Coba deh, kuahnya gurih banget. Aneka nasi, nasi mentega, nasi kebuli, nasi iga dll. Terus makanan lain? Baba Rafi adalah brand yang pertama untuk mengembangkan kebab. Jadi Waroeng Mee juga menyediakan kebab. Terbaru dan menjadi unggulan ya Black kebab. Bukan kebab gosong loh. Kebab hitam ini karena kulitnya/tortilanya mengandung Natural activated Charcoal atau arang bamboo yang memiliki zat-zat berguna mengikat racun dalam tubuh, free detoksifikasi.




Soal rasa, kalau saya bilang enak nanti gak percaya. Lebih baik datang dan coba. Terus ada apa, banyak! Mau asyik, seru dan gaul, cobain deh sub Maribne, roti isi, daging, telor, keju dan selada dengan mayonnaise saos bisa dinikmati berlima. Panjangnya saja lebih daru setengah m, tepatnya 57 cm. Nah yang besar-besar ada lagi yaitu XL Burger. XL jelas bermanka extra Large. Emang gede banget. Pesan satu untuk ramai-ramai bakal menambah keakaraban.  Ada kue cubit dengan anke rasa dan toping. Minuman? Ahaa saya penyuka macama-macam minuman enak dan Waroeng Mee, mengerti saya. Campurannya unik, rasanya segar. Ada velvet saga, red berry dan leci yang manis segar, dan masih banyak lagi, pokoknya nggak cukup segelas.


Itu makanana dan minuman, terus acara pas pembukaan bagaimana? Satu kata: HEBOH!
Karena kami, Komunitas PEDAS-Penulis dan sastra mempersembahkan pembacaan puisi dengan judul AKU BAHASA karya Uwan.

Kalau di muat keselurahannya, panjang banget, ini secuplik saja

“Halo, tahu Waroeng Mee?
Aku duduk di sini
Aku berdiri menyertai warna-warni yang semula kelabu
Lampu-lampu menyilau jadu sendu
Bilang saja kalau aku merona karena aromanya
Sedap dan berbumbu”

Senang rasanya melihat Mas Hendi Setyono dan Mba Nilam tersenyum, usai kami membaca puisi. Eh tapi kehebohan bukan karena kami saja loh, sebelum PEDAS baca puisi, kita semua dibuat tertawa senang. Yaiyalah, ada lomba makan Sub Marine yang panjangnya 57 cm dalam waktu 5 menit, lomba makan xl burger dan lomba makan black kebab Baba Rafi yang puedesnya pol.
Di waroeng Mee and Friend di Kawasan Ki samaun Tangerang ini, ada beberapa tenant yang gabung. 

Jadi pilihan jenis dan menu makanan dan minumannyapun makin banyak dan bervariasi, percaya deh, nggak cukup datang sekali. Saya saja mau kembali, kamu?  Duh catatan ini panjang banget, saya mau kasih tahu, nasi kebuli dan nasi iganya bikin ketagihan.

1 comment: