Wings dan Econity 90, Wujudkan Sekolah Di Negeri Sampah

Lurah Sumur batu, Ketua Econity90, Rahmat Susanta dan Ibu Gabriela dari Wings
(Dok: Elisa Koraag)
Komitmen Yayasan Wings Peduli Kasih dan Yayasan Econity90 terus berjalan. Kali ini adalah kali ketiga. Kegiatan pertama bisa di baca di Catatan saya di sini dan Kegiatan kedua bisa di baca  Catatan saya di sini.

Kali ketiga ini adalah penyerahan dan peresmian apa yang sudah di mulai pada Januari 2016 yang lalu. Ya Awal tahun 2016, Yayasan Wings Pedulis Kasih dan Econity90 meletakan batu pertama untuk membangun Sekolah Alam Tunas Mulia. Dan hari ini, sekaligus dalam mensyukuri Hari Pendidikan Nasional, Gedung Baru Sekolah Alam Tunas Mulia sudah bisa ditempati. Dalam sambutannya, Lurah Sumur Batu mengharapkan anak-anak kian semangat belajar. Karena pendidikan adalah salah satu kekuatan untuk mengentaskan kemiskinan.
Stake holder wilayah Sumur Batu, Anak-anak pengis acara
(Dok: Elisa Koraag)

Group Head of Marketing Communications PT. Sayap Mas Utama (Representative Yayasan Wings Peduli Kasih), Aristo Kristandyo, dalam sambutan tertulisnya mengatakan: Secara pribadi sangat terinspirasi dari kisah-kisah di buku Pak Nadam. Semoga langkah kecil yang dilakukan Wings dapat membantu dan memotivasi anak-anak Bantar Gebang, khususnya sekolah Tunas Mulia untuk belajar lebih giat dan kami menghimbau masyarakat lain di luar sana dari perusahaan maupun instansi pendidikan untuk turut serta memberikan sumbangsih dalam bentuk moral dan materi kepada anak sekolah Tunas Mulia demi masa depan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Kami juga mengapresiasi para guru, pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mengajar anak-anak ini dengan kasih dan tulus ikhlas,”
 

Peresmian Gedung Sekolah Alam Tunas mulia,
Perwakilan Yayasan Wings Pedulis Kasih dan Yayasan Eonity90
(Dok: Elisa Koraag)

Ketua Dewan Pengurus Econity90, ujar Rahmat Susanta, mengucapkan banyak terima kasih ada Wings Group dan berharap kelas baru ini dapat menambah semangat belajar bagi generasi penerus bangsa di Sekolah Tunas Mulia ini. Masih sangat banyak anak bagsa dengan orang tua berpenghasilan rendah yang membutuhkan rumah tinggal layak, lingkungan sehat dan fasilitas pendidikan yang memadai. Maka dari itu selama masih punya kesempatan, kami akan terus memberi uluran tangan dengan mencari dan membantu masyarakat yang membutuhkan,”
Saya bersama Pendiri Sekolah Alam Tunas Mulia dan penulis Buku: Membangun Impian
dari negeri Sampah, Bp. NS Dwi Subekti
(Dok: Elisa Koraag)
Pada kesempatan ini pula Wings Corporation mendukung peluncuran buku “Impian dari Negeri Sampah” yang ditulis oleh salah satu pendiri sekolah Tunas Mulia, Bapak Nadam Dwi Subekti. Buku “Impian dari Negeri Sampah” karangan Nadam Dwi Subekti mengisahkan 43 kisah nyata mengenai kehidupan sehari-hari masyarakat Bentar Gebang yang dikiaskan melalui sebutan “negeri sampah.” 

Kisah-kisah menarik seperti awal mula anak Bantar Gebang mengawali mimpinya dengan bersekolah hingga berbagai permasalahan yang tak luput datang silih berganti di negeri sampah. Dari masalah longsor sampah, larangan sekolah, pernikahan dini, makanan dari sampah, temuan mayat bayi, penemuan sampah-sampah unik yang tidak biasa dan masih banyak lagi kisah-kisah nyata yang akan membuka mata pembacanya untuk mengetahui polemik kehidupan masyarakat yang tinggal tidak jauh dari ibu kota ini. 



8 comments:

  1. ternyata pe er pemerintah masih banyak ya mbak icha
    mudah2an blogger bs membantu menjadi perantara menyampaikan aspirasi itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir. Benar banget Mba. PR pemerintah sangat banyak, kita as ablogger membantu sesuai kapasitas.

      Delete
  2. aku pernah ikutan yg di babelan mami icha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, aku yg ke Babelan malah nggak ikut.

      Delete
  3. Salut bangat sama Wings, semoga kepedulian seperti ini terus berlanjut. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Awan, semoga kita bisa terus mendukung semua hal baik.

      Delete
    2. Terima kasih Awan, semoga kita bisa terus mendukung semua hal baik.

      Delete