Tuhan,
sekarang aku dalam keadaan ketakutan. Engkau tahu masalah apa yang sedang aku pergumulkan. Karena aku tahu Engkau mampu melihat sampai ke sudut hati yang paling gelap sekalipun.Teman-teman bilang di dalam kasih tidak ada rasa takut.Tapi aku manusia biasa,aku ingin menetralkan rasa takut itu dengan membaliknya menjadi rasa kasih. Tapi kok yah susah banget.
Mungkin karena rasa egois yang masih aku punya.Rasa tidak terima akan situasi dan kondisi yang sudah coba aku terima. Rasa marah yang terekspresikan dan tak terkontrol karena aku merasa tersakiti.Walau ketika diklarifikasi, kemarahanku dinilai tidak pantas. Untuk hal yang hanya bisa kudapati 1 x dalam setahun, ketika menjadi tidak sesuai rencana, aku tidak boleh marah? Lalu apa yang menjadi hakku?
Lama dalam kehidupan ini, aku mematikan banyak keinginan. Berusaha menerima untuk tidak punya kemauan. Menerima apa yang harus kulakukan walau seharunya bukan menjadi tanggung jawabku. Aku sedih! Semakin aku memikirkannya, malah semua terasa semakin berat.
Aku tidak bisa membenarkan atau menerima apapun yang menjadi alasan
mengapa sekarang jadi seperti ini. Menurutku kalau komitmen sudah di buat,
tidak boleh ada pembenaran untuk keluar dari lingkran komitmen itu. apapun alasannya.
Jika dalam lingkaran komitmen itu ada perbedaan, ada sakit hati dan ada rasa tersinggung
itu bagian dari sebuah proses dalam lingkaran komitmen.
Karena ketika keluar dari komitmen walau hanya selangkah
persoalannya menjadi berbeda.
Perbedaan yang memang ada menjadi besar
sakit hati menjadi lebih dalam
rasa tersinggung menjadi tawar
dan semua bagaikan api yang disiram air.
Padam!
Tinggal rasa dingin menjalar
di sela-sela hati
perlahan tapi aku tahu kelak akan membeku
dan pada titik itu aku hancur!
Aku tak ingin berakhir seperti ini
aku tidak ingin hancur
tapi ketahananku ada batasnya.
Rasanya aku tidak kuat.
Api harapanku tinggal sekerjab mata lilin.
Sekuat tenaga aku bertarung dan menjaga
agar jangan padam.
Mungkinkah.....?

Icha Koraag Rabu 16 Des 2009

No comments:

Post a Comment