(Catatan Kopdar BN2013 Bagian 1) Jogyakarta, Menghidupkan Kenangan

Pada lihat board ini nggak di Malioboro?
Jogyakarta terpilih sebagai tempat penyelenggara Kopdar BN2013. Saya yang memang sudah jatuh cinta dengan kota ini, bertekad harus ikut!. Pertama kali mengenal Jogyakarta, saat masih duduk kelas satu SMP. Berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Kesan pertama memang menggoda, selanjutnya menjadi kerinduan yang terus saya pelihara. Sehingga setiap ada kesempatan, saya tidak akan melewatinya. Jika saya bertugas di kota tetangganya Jogyakarta, misalnya Solo atau Semarang, maka saya tetap akan singgah di Jogyakarta.

Serupa dengan julukannya sebagai Daerah Istimewa Jogyakarta, kota ini selalu menempatkan posisi istimewa dalam memori saya. Sepanjang perjalanan dengan Kereta Api kelas ekonomi Bengawan (Pakai Solo?)  saya menikmati dalam keceriaan. Padahal ada setangkup rindu dalam haru (Syairnya Jogyakarta by KLA). Ya, tidak ada yang tahu gejolak dalam batin saya. Banyak cerita yang tidak bisa saya ungkap. Kenangannya sangat kuat melekat, melebihi lengketnya perangko di amplop, jaman masih belum ada gadget.

Dan berulang kali mengunjungi kota ini, selalu tercipta kisah yang berbeda. membuatnya semakin istimewa. Kota sekeliling Jogya yang sempat saya kunjungi, Klaten, Sleman, Bantul, Kulon Progo, Megelang, Solo, Semarang, selalu menjadi catatan istimewa. Baik suasananya, orang-orang yang saya temui, perjalanannya, kulinernya, juga proyek-proyek yang saya kerjakan.

Kali ini, saya datang untuk menghadiri hajatan blogger  se-Indonesia Raya. Dari beberapa informasi yang sempat saya baca, ada sekitar 1.400 blogger yang datang. Maka yang paling sulit di dapat adalah tiket datang dan tiket pulang, plus penginapan. Tapi sebagai peserta terdaftar di Kopdar BN2013, saya sudah dapat tiket KA dan penginapan di Edu Hostel. yang belum tiket kembali ke Jakarta.

Ternyata selain ada hajatan blogger, pada waktu yang bersamaan juga ada hajatan dari Kelompok Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih. Yang jumlahnya juga seribuan. Di KA, saya sempat berpapasan dengan rombongan dari Jakarta. Umumnya mereka mengenakan kaos berwarna ungu. Saat berangkat menuju  Stasiun Pasar Senen, perasaan saya sudah campur aduk. Saya tidak mimpi. Berjumpa dengan kawan-kawan lain, membuat saya merasa ephoria. Kesenangan yang nyaris membuat merasa seperti menenggak ekstasi. (Sok tahu, nyoba aja belum pernah!)

Perjalanan panjang, berangkat sekitar pukul 13.00 dan tiba sekitar pukul 23.00. Melelahkan. Tapi rasa senang itu menghalau kantuk yang berkunjung. Saya terpisah dari teman-teman sekomunitas (Kumpulan Emak Blogger dan Komunitas Blogdetik) tapi saya bersama adik dan kawan-kawan yang memang saya ajak walau tidak tergabung dalam komunitas. Saya menikmati perjalanan dengan membiarkan kenangan menguasai pikiran saya.

Jogyakarta, seribu kisah telah kau ukir dalam perjalanan kehidupan saya. Tak pernah jemu, tak pernah bosan. Getar auramu selalu menyusup sukma, memanggil untuk kembali datang dan datang lagi. Jogya, saya datang.

Sebuah puisi yang pernah saya bacakan saat SMP, membangun keinginan untuk datang dan datang kembali ke Jogyakarta.

Stasiun Tugu

Karya: Taufik Ismail 

Tahun empatpuluh tujuh, suatu malam di bulan Mei Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basah Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan

Kleneng andong terputus di jalan berlinangan Suram ruang setasiun, beranda dan tempat menunggu Truk menderu dan laskar berlagu lagu perjuangan Di Tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku

Berhentilah wkatu di stasiun Tugu, malam ini Di suatu malam yang renyai, tahun empatpuluh tujuh Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan Hujan pun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh

Di tiang barat lentera mengerjap dalam basah Anak perempuan itu dua tahun, melekap dalam pangkuan Malam makin lembab, kuning gemetar lampu stasiun Kakaknya masih menyanyi ‘Satu Tujuh Delapan Tahun’

Udara telah larut tanda naik pelan-pelan Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat Ibu muda menjagakan anaknya yang kantuk dalam lena Berkata: lambaikan tanganmu dan panggillah bapa

Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah! Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa dan resah Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir.

1963

8 comments:

  1. ko aku ga liat ya, dimana nya ya maak ? kereen bangeud Boardnya bak seleb

    ReplyDelete
  2. yang istimewa di Jojga itu..harga makanan dan minuman yang dijual di sana enggak bikin kening berkerut..alias nyaman buat isi kantong :D

    ReplyDelete
  3. Kebayang jaman mak Icha smp, jogja msh seger udaranya ya, mak. Sepedaan kemana2. :)

    ReplyDelete
  4. banyak kenangan indah di jogja ya mbak. dan syair kla pas banget menggambarkannya

    ReplyDelete
  5. Yogya memang ngangeni ya mbak..

    ReplyDelete
  6. Wahh.. senangnya dapat bertemu dan berdiskusi dengan teman-teman blogger dari seluruh nusantara ya bunda Icha, pasti banyak sekali pengalaman yang bunda dapatkan di acara ini semoga ilmunya dapat di transfer ke dian dan teman-teman di Pedas ya bunda Icha :)

    ReplyDelete
  7. Saya senang bertemu mbak Elisa. Meski baru kenal ketika di blog Challenge KEB, semoga makin akrab ya.
    Oh ya, ini blog kedua saya yang suah aktif (lagi)

    Susindra

    ReplyDelete