JERO WACIK, PUTRA BALI YANG CINTA PARIWISATA INDONESIA



                        Tidak ada kata mundur dalam kamus Jero Wacik, semangatnya tetap besar dan menggebu-gebu.  Sosoknya yang murah senyum, tampil segar dan apa adanya. Tak terlihat letih atau stress. Bahkan senyumnya yang banyak diingat orang pada sosok Jero Wacik, tetap terlihat di bibirnya. Sama seperti saat Jero Wacik ngobrol asik dengan blogger yang mengunjunginya di  Rumah Tahanan Cipinang.

Menjalani gaya hidup orang kaya tidak perlu belajar. Karna akan menyesuaikan dan menjadi bisa dengan sendirinya. Tapi tidak demikian dengan menjalani gaya hidup orang miskin. Orang yang tidak pernah tahu atau tidak pernah menjalani kehidupan sebagai orang miskin/tidak punya, maka membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memahami kehidupan masyarakat miskin.

Jero Wacik adalah salah satu putra bangsa yang terlahir dan menjalani hidup dalam keluarga yang tidak punya. Saking miskinnya kehidupan keluarga Jero Wacik, kedua orangtuanya harus ikhlas kehilangan 7 anak-anaknya yang meninggal dalam usia balita. Bahkan Jero Wacik sebagai anak ke delapan pun nyaris meninggal karena kehidupan yang tak punya.

Tapi takdir Tuhan berbicara lain. Bocah yang ditangisi dan terpaksa diikhlaskan meninggal ternyata hanya mati suri. Ya, Jero Wacik hidup kembali setelah disentuh “Sesepuh” Masyarakat Bali. Kemudian hari Jero Wacik di kenal sebagai orang yang mampu menghidupkan sesuatu yang sudah mati suri. Seperti Festifal Film Indonesia dengan Piala Citra. Ajang bergengsi sekaligus barometer perfileman Indonesia, sempat mati suri. Manakala pembajakan dan banjir film asing, merajai tanah air.

Saat Jero Wacik menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, beliau menghidupkan kembali pefileman Indonesia dengan mengangkat cerita legenda tanah air ke layar lebar. Saat itu dalam setahun produksi film Indonesia hanya dua. Di tengah kelesuan produksi film, Jero Wacik, membangkitkan semangat perfilman bangsa.  Akhirnya  hingga kini, produksi film Indonesia sudah mencapai 100 film dalam setahun. Tentu saja kebangkitan ini sekaligus menggairahkan kembali perekonomian dalam bidang produksi perfilman.

Jero Wacik adalah salah satu Putra bali yang sangat mencintai Pariwisata Indonesia. Sebelum terjun ke partai politik, Jero Wacik menekuni usaha di bidang wisata. Maka menjadi MENBUDPAR, seakan memuluskan jalannya untuk mengembangkan Pariwisata Indonesia. Selain menghidupkan perfilman Indonesia. Jero Wacik juga punya andil besar mengidupkan Visit Indonesia Year.  Maka dikumpulkannya para ahli, lalu disampaikan keinginanan menghidupkan kembali Visit Indonesia Year. Ide mengembangkan pariswisata Indonesia yang diyakini Jero Wacik memiliki asset luar biasa ternyata tidak mendapat sambutan yang baik. Semua mempertanyakan kesiapan. Kondisi bandara yang jauh dari standar internasional, Standar Operasional prosedur disemua sektor yang belum ada. Fasilitas toilet yang menjadi ujung tombak saat wisatawan datang, sangat buruk. Fasilitas transportasi dan jalan menuju tempat wisata belum terbangun.

Bergandeng tangan dengan lembaga dan institusi yang terkait  Pariwisata seperti Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) juga dengan asosiasi jasa  tur dan travel Indonesia (ASITA -Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies) Melalu pertemuan-pertemuan  yang rutin dilakukan, untuk menggali ketakutan-ketakutan apa dan apa yang harus dilakukan agar Visit Indonesia Year,  menjadi nyata. Akhirnya Des 2007, dalam sebuah acara yang mewah dan gemerlap dengan pembawa acara Tantowi Yahya dan Maudy Kusnaedi, diluncurkan Visit Indonesia Year 2008, setelah 16 tahun mati suri.

Dalam setahun, Jero Wacik mengajak semua instusi dan lembaga bergerak bersama-sama melakukan pembangunan insfra struktur. Bahkan Jero Wacik mengatakan: “Saya menobatkan istri saya sebagai duta toilet. Di manapun istri saya datang, hal pertama yang dilakukan adalah masuk dan melihat kondisi toilet.” Maka semua bandara dan tempat-tempat target wisata berbenah.  “Bersama Kita Bisa” menjadi slogan yang memiliki kekuatan luar biasa.
Jero Wacik mengingatkan para stafnya: “Presiden Soekarno tidak menunggu masyarakat siap untuk memerdekan Indonesia. Artinya peluncuran Visit Indonesia Year dilakukan dengan semua pihak terkait membangun segala sesuatu yang harus ada untuk menyambut Visi Indonesia Year. Tidak menunggu siap tapi terus berbenah.”

Hasil akhirnya, saat Jero Wacik menjadi MENBUDPAR, jumlah devisa negara melalui sektor pariwisata terjadi peningkatan yang signifikan . Satu hal lagi yang sangat disyukuri Jero Wacik, Sektor pariwisata adalah sektor yang memberi dampak ekonomi langsung pada masyarakat. Berbeda dengan devisa negara dari sector migas. Di mana uang akan masuk ke kas negara terlebih dahulu lalu melalui menteri keuangan dana baru bisa di cairkan sesuai APBN.


Dalam pariwisata, wisatawan datang dan memberikan uangnya langsung kepada rakyat, mulai dari tiket pesawat, biaya taksi, biaya hotel, makan dan minum serta oleh-oleh, semua uangnya langsung kepada pelaku-pelaku di industri pariwisata.

Itu hanya sebagian kecil prestasi yang dicapai Jero Wacik. Yang mengusik saya, seorang Jero Wacik mau membangun sesuatu yang nyaris mati agar hidup dan memberikehidupan bagi banyak orang, lalu mengapa ia mau menjerumuskan diri dan keluarganya untuk masuk dalam kelompok manusia yang bergelar KORUPTOR?  Siapa yang bisa menjawab? Melalui pengadilan Tindak Pidana Korupsi, KPK dan Jaksa penuntut, Jero Wacik sebagai terdakwa dan pengacaranya sebagai pembela akan saling berargumentasi. Menangajukan data dan bukti serta saksi. Para hakim terhormat akan mendengar dan menganalisa. Siapa bersalah maka layaklah membayar kesalahannya dengan hukuman sesuai besar-kecilnya kesalahan tersebut.

Kebenaran harus ditegakkan. Semoga pengadilan tipkor bisa berjalan independen. Tidak diintervensi atau dipolitisasi. Apapun yang dilakukan Jero Wacik, beliau sadar sepenuhnya akan setiap resiko yang harus ditanggungnya. Satu hal yang tetap dipegang teguh seorang Jero Wacik, ia tetap yakin tidak pernah berniat, apalagi mengambil apa yang bukan haknya.

No comments:

Post a Comment