Festival PARARA , Ajang LSM Peduli Produk Lokal



Festival PARARA , Ajang LSM Peduli Produk Lokal. Sekitar 26 LSM, berkolaborasi membentuk kosnsorsium guna melaksanakan Festifal Panen Raya Nusantara.
Festival PARARA merupakan agenda dua tahunan yang digagas oleh Konsorsium PARARA. Festival ini pertama kali diselenggarakan pada 2015 untuk mempromosikan dan menampilkan produk-produk kewirausahaan dari berbagai komunitas dan masyarakat adat. 

Produk-produk yang dipamerkan pada Festival PARARA merupakan hasil upaya komunitas untuk mendukung kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya dengan memperhatikan keseimbangan antara alam dan manusia. Produk-produk tersebut berasal dari tradisi kearifan dan budaya komunitas tersebut. ‘Jaga Tradisi, Rawat Bumi’ adalah motto/slogan yang diangkat dengan tujuan menunjukkan bahwa kearifan  leluhur bangsa Indonesia sudah terbukti berhasil dalam memanfaatkan sumber daya alam secara lestari dan mempertahankan alam sebagai bagian dari kehidupan komunitas dan bumi.


Festival Panen Raya Nusantara di selenggarakan oleh : Konsorsium PARARA
Inilah pendukung Parara 2019
NTFP-EP Indonesia ,WWF Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), ASPPUK, JKTI, KEHATI, GEF SGP,Kemitraan, RECOFTC, Koperasi Produsen AMAN Mandiri (KPAM), Aliansi Organis Indonesia (AOI), Samdhana Institute, Jaringan Madu Hutan Nusantara (JMHI) , Jasa Menenun Mandiri, Sintang ,Yayasan Riak Bumi -Pontianak, Yayasan Dian Tama -Pontianak, Perkumpulan Indonesia Berseru (PIB), Rumah Organik, Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM),WARSI, Jambi , Yayasan Anak Dusun Papua (YADUPA) Jayapura, Yayasan Mitra Insani (YMI) Riau, Yayasan Ko Konservasi Way Seputih (YKWS) Lampung, Yayasan Palung, KIARA, Yayasan Petak Danum, Yayasan Penabulu. Yayasan Tropenbos Indonesia (TI), Rimbawan Muda Indonesia (RMI)


Saya beruntung masih sempat datang Ke Festifal Parara 2019 di Plaza semanggi Jakarta. Melihat-lihat apa yang di pamerkan, harus diakui, hampir semuanya menarik hati. Beberapa booth sudah pernah saya temui di kesempatan yang lain. Indonesia memang kaya, produk wastra, kopi, madu, beras merah, beras hitam, kerajinan tangan berupa tas, pouch dan dompet juga gelang dan kalung mencuri perhatian saya. Semua indah.





Beruntungnya saya sempat ikut sesi cupping dan Ngopi PARARA. Bicara Kopi bicara Indonesia. Saya setuju banget. Indonesia memiliki ragam kopi yang sangat banyak. Mulai dari Kopi gayo hingga kopi Papua. Diskusi menjadi menarik, mana kala pembicaraan mengarah pada merawat bumi. Bisnis kopi sedang booming tapi apakah berimbas pada keuntungan buat petani kopi?


Berdasarkan data, Indonesia negara penghasil kopi terbesar no 4, setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Tapi bisnis kopi di Indonesia belum merata, artinya belum dirasa hingga petani kopi. Persoalannya njelimet. 





Nama kopi nusantara yang sudah dikenal di kancah internasional secara komersil biasanya justru datang dari jenis arabika. Seperti kopi Gayo dari Aceh, kopi Mandailing dari Sumatera Utara, kopi Jawa dari Jawa Timur, kopi Kintamani dari Bali, kopi Toraja dari Sulawesi Selatan, kopi Flores dari Nusa Tenggara Timur dan kopi Wamena dari Papua.





Menurut Ratna Yuriarsari dari Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia. walaupun Indonesia kaya dengan beragam jenis kopi tapi masih banyak yang belum tahu. Selain itu, kopi-kopi tersebutpun belum bisa diproduksi banyak.

Ketinggian daerah tanam kopi menentukan tingkat ke asaman. ternyata rasa kipi selain ketinggian, suhu daerah tanam, juga ditentukan saat proses penjemuran dan pemasakan (Roasting). Ajaibnya lagi dari proses roasting tadi kopi bisa menimbulkan aroma, buah dan bunga. 

Mendengar penjelasan Ratna, saya mendapat banyak info. Saya sempat bertanya tanggapan beliau atas maraknya bisnis kopi kekinian. Ratna menjawab dengan positif, bahwa hal itu baik-baik saja tapi masih belum bisa terlihat untuk jangka panjangnya. Dan apakah pebisnis kopi kekinian menggunakan kopi the real kopi atau kopi dengan perasa kopi, siapa yang tahu?

Hampir semua UMKM, termasuk UMKM kopi menghadapi tantangan yang tidak ringan. Diantaranya sumber daya manusia, promosi dan juga literasi teknologi. Saya sih berharap Festifal Panen Raya Nusantara bisa menjadi jembatan yang menghubungi para UMKM kopi dengan Investor yang bisa membantu ketiga hambatan di atas. Sehingga jangka panjangnya Kopi Indonesia bisa berjaya di dunia Internasional. Bersaing dengan kopi Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dan berharap bisa berdampak positif hingga ke petani kopi. 






No comments:

Post a Comment