Masih seputar Sorong: JAMBU OH JAMBU...!

Keterangan foto kiri ke kanan:
Depan hotel Wigo: Mba Tati, aku, John dan Jim (Yg motret Desi
)
Kelelahan belum hilang tapi kami sudah harus melanjutkan perjalanan. Memang perjalanaku kali ini sangat panjang. Dari Jayapura ke Sorong dan akan dilanjutkan ke Menado dan kalimantan. Kemarin kami kerja extra keras. Bayangkan ketika aku sedang memandu diskusi disebuah rumah penduduk yang beratap seng tiba-tiba hujan deras.

Alat monitor tidak ada gunanya dan Jim di dalam kamar tidak bisa mendengar apa-apa. Jadi kami kerja keras sampai pagi membuat catatan diskusi dari yang tidak bisa di dengar Jim. Pesawat berangkat jam 11.00 dan menuju bandara harus melalui lautan. Di tempat pembelian ticket kami masih harus berdebat lantaran mereka melihat kami bersama dengan bule, Jim. Mereka memaksa kami menyewa satu boat secara ekslusive seharga Rp. 400.000 padahal satu penumpang cuma bayar Rp. 35.000.

Setelah adu mulut cukup lama, akhirnya kami bisa berangkat. Ternyata kami masih di akali. Ketika tiba di Bandara Jefman kami di tagih Rp. 50.000 per kepala. Dengan kesal tapi akhirnya tetap kami bayarkan.Bandara ini kecil karenanya hanya pesawat kecil yang bisa mendarat. Aku gak yakin ada peralatan komunikasi yang canggih dibandara ini. Aku cuma berpikir bagaimana mau maju kalau sarana transportasi saja seperti bandara masih sangat minim fasilitas.

Toilet yang tidak terawat, tidak ada tempat makan/cafe kecil untuk snack. Kios souvenir hanyalah pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di atas koran. Sambil menunggu pesawat kami berkeliling bandara. Di sekitar bandara banyak pohon jambu air yang berwarna merah dan sangat menggiurkan. Di dekat pohon itu ada juga yang menjajajakan jambu air. Ingin hati ini merasakan karena dari nampak warna merahnya terbayang rasa manisnya. Aku meninggalkan Mba Tati dan Desi lalu mendekati penjual lalu ngobrol. Pura-pura tanya situasi dan aktivitas masyarakat di Bandara. Akhirnya sampailah kami pada pembicaraan tentang jambu.

Setelah puas ngobrol tanpa membeli saya bergabung kembali dengan Mba Tati dan Desi. Jelas keduanya bingung karena mereka berharap saya kembali dengan membawa jambu. "Kenapa gak beli?" tanya Desi. Saya masih acuh dan diam, namun sebetulnya nahan rasa geli melihat wajah Mba Tati dan Desi. Akhirnya dengan menahan tawa, saya jelaskan. Saya tidak membeli jambu itu karena ternyata Jambu air itu makanan untuk monyet! 16 Juni 2006

No comments:

Post a Comment