Sejak aku berhenti kerja, aku berniat mengambil porsi lebih besar bersama anak-anak. Dan itu termasuk antar jemput sekolah. Persoalannya aku belum bisa mengendarai motor. Maka akupun berniat belajar naik motor. Kalau mengendarai mobil aku bisa tapi suamiku tidak pernah mempercayaiku bawa mobil sampai akhirnya SIM ku mati dan aku tak berniat memperpanjang. Tapi itu juga karena aku tak punya kesempatan karena pergi dan pulang selalu di jemput suami.
Kini situasi memaksaku untuk belajar motor karena lebih praktis mengingat jalanan di waktu pagi ke arah sekolah anak-anak sangat padat. Maka suamku membelikan aku sebuah motor matic. Saat anak-anak sekolah, aku mulai belajar di sebuah jalan perumahan yang sepi. Karena menggunakan motor matic aku jadi hanya melatih membiasakan diri karena menurutku tak jauh berbeda dengan sepeda.
Pukul sembilan pagi, aku sudah mulai meluncur. Hal pertama yang aku lakukan adalah membiasakan mengatur kendali gas dan melihat kiri kanan lewat kaca spion. Mulanya aku agak ragu-ragu, masalahnya sudah tua begini baru belajar naik motor. Apalagi nanti harus membawa Bas dan Van. Tanggung jawabku tidak sedikit. Tapi bukankah tidak ada istilah terlambat buat yang mau belajar. Dan belajarpun tak mengenal usia.
Suamiku meyakinkan aku bisa, dulu suamiku juga yang melatih adik-adik dan keponakanku belajar mengendarai motor dan mobil. Kini mereka sudah mempunyai Surat Izin Mengemudi. Tapi membayangkan proses belajar dan membiasakan diri ini, aku di bayang-bayangi, adik atau keponakanku yang jatuh dari motor atau menabrak pagar ketika belajar mobil.
Tapi lagi-lagi suamiku meyakinkanku hal itu tidak akan terjadi kalau aku berhati-hati. Menurut suamiku harusnya aku lebih punya rasa percaya diri mengingat aku lebih pandai bersepeda di bandingnya. Aku membantah dengan mengatakan sepeda tidak bermesin jika jatuhpun pasti tidak akan separah seperti terjatuh dari motor.
Aku jadi tertawa ketika suamiku bercerita bagaimana, ia belajar naik sepeda. Suamiku agak-agak anomaly. Dia lebih dulu menguasai mengendarai motor daripada sepeda. Jadi belajar sepeda ketika ia sudah bisa berlari dengan kecepatan 70 km/jam di atas motor. Saat subuh adalah waktu yang dipilih untuk belajar bersepeda. Mulai dari pagar tetangga, trotoar sampai pak RT semua pernah di tabraknya. Bagaimana aku tidak geli mendengar pengalamannya.
Ternyata memang tidak sulit mengendalikan motor matic. Aku tinggal menyesuaikan kecepatan dan rem. Kali ketiga latihan mengendarai motor, aku mengajar Van untuk menyaksikan. Betapa geli hatiku ketika mendengar teriakan Van di kali ke tiga putaran aku berlatih.
“Cie, mama gaya-gaya nih naik motor!” teriaknya.
Kali ke lima latihan suamiku bilang, aku sudah boleh mencoba di jalan raya. Jujur rasanya aku tidak percaya bisa meluncur dengan motor. Berarti aku bisa jalan-jalan lebih jauh, tidak sekedar menjemput Bas dan Van. Tapi itu nanti, konsentrasiku sekarang masih bagaimana membawa Bas dan Van pergi dan pulang sekolah dengan selamat. Mudah-mudahan gerak reflek dan kemampuan menganalisaku bisa diterapkan saat di jalan raya. Aku tak mau kedua buah hatiku cedera. Doakan yah! (Icha Koraag, 6 Maret 2007)
Wah..tulisan anda sangat menginspirasikan semangat bagi saya utk bahwa bisa-bisa aja kok belajar Motor dulu baru naik sepeda. Trims ya berguna it inspires me =)
ReplyDeleteHai Aryo, senang rasanya kalau pengalaman saya bisa menginspirasi kamu.
ReplyDeletehihi ... belajar naik motor butuh keberanian super :D
ReplyDeletesaya saja sampai nangis2 pas pertama kali pegang stang motor, padahal udah kuliah :D takuuut
aku kok ga berani ya mak naek motor, sekalipun yg matic :p
ReplyDeletemalahan naek sepeda aja ga bisa.. oalahhh,,parah, hehe.
salut mak Elisa beranian ^^
setiap orang mempunyai kesan tersendiri saat mempelajari hal baru,,,, artikel nya bagus mbak.... :D
ReplyDeleteWalaupun sudah bisa naik motor kita tetap harus hati-hati, apalagi bila membawa anak-anak.
ReplyDeleteSaya sangat setuju denga Sewa Motor murah ini mbak.. perlu hati-hati saat naik motor agar nanti tidak terjadi apa-apa saat berekndara dengan buah hati
Deletepake Mio Thailook aja gan
ReplyDeletehohohoh jadi inget dulu pas ngajarin calon istri belajar motor
ReplyDeletehehe
papaku aja nyerah mbak belajar motor hahahaha
ReplyDeletesalam
gabrilla
hahaha :D kalo aku ga akan nyerah perjuangin kamu :3
Deletetapi tolong ya, kalau mau belok ke kanan lampu seinnya jangan ke kiri, pliiis,
ReplyDeletebelajar naik motor butuh keberanian super :D
ReplyDeletesaya saja sampai nangis2 pas pertama kali pegang stang motor, padahal udah kuliah :D takuuut
Harus bner bner yakin bisa kalo naik motor, jangan sampe setengah setengah bisa bahaya .. :D
ReplyDelete