KETIKA SAYA DIANGGAP MENJADI "MALAIKAT"!

Waktu itu sudah pukul 19.45. Saya sudah siap-siap mau pulang. beberapa teman sedang kebingungan mencari seorang pembawa acara. Melihat kebingungan mereka, entah mengapa saya langsung menawarkan diri.

Keberanian saya menawarkan diri timbul secara spontan. Namun saya juga tidak gegabah menawarkan diri jika saya tidak mampu. Keberanian saya juga di dasari, pertama saya punya pengalaman menjadi pembawa acara. (Termasuk 10 tahun sebagai penyiar di sebuah radio) Kedua, saya melihat teman-teman semua sudah lelah. Ketiga, menolong orang lain terasa sangat menyenangkan.

Begitu saya mengatakan, "Saya saja yang menjadi MC!" Saat itu juga ruang kantor yang hening, sontak terdengar tarikan nafas kelegaan. "Benar bu?" tanya seorang rekan memastikan. Saya tersenyum dan bertanya.
"Acara apa sih?"
"Penandatanganan MOU, kantor kita dengan sebuah perusahaan di USA yang memberikan award untuk kepuasan pelanggan!"
"OK. saya bisa dapat run down acara, dan company profile perusahaan itu?" Seorang rekan, dengan semangat langsung melompat dari kursi menuju lemari file dan langsung memberikan ke saya setumpuk dokumen.
"Boleh saya pelajari di rumah? Saya sudah mau pulang. Jadi besok dimana dan saya harus stand by jam berapa?
"Ritz Carlton Hotel, jam 09.00!".
Saya pun berjanji akan datang tepat waktu.

Sepanjang perjalanan dari kantor di Kawasan Sudirman Jakarta saya merenung. Apakah penawaran diri saya menjadi MC merupakan sebuah kesombongan? Sebenarnya saya belum kerja penuh pada perusahaan tersebut. (makanya saya tidak berani menyebut nama perusahaannya) Saya di kontrak satu bulan menjadi Project Leader sebuah penelitian di 20 Propinsi dan harus berkantor pk. 08.00-17.00 everyday, Monday to Friday.

Ini minggu kedua saya berkantor, dan jujur saya belum mengenal semua rekan-rekan di kantor tersebut termasuk aktivitas yang sedang mereka lakukan. Jadi ketika mereka nampak kebingungan, penawaran diri saya timbul spontan. Tidak ada sedikitpun niat untuk menyombongkan diri.

Maka ketika sampai rumah, saya langsung membersikan diri, sejenak bersenda gurau dan menanyakan kabar Bas dan Van di sekolah lalu mempelajari company profile yang saya bawa. Rupanya perusahaan dari USA tersebut membuat program- program pelayanan bagi kepuasan pelanggan yang telah di adopted lebih dari 1000 perusahaan di dunia.

Jujur saya jadi deg-degan, mati deh gue! Ujar saya dalam hati. Mana kemampuan bahasa Inggris saya ambur adul!. Saya segera mengambil kertas dan pencil lalu membuat sumary dari company profile tersebut dan beberapa kata pembuka sebagai pengantar dalam kalimat bahasa Inggris yang baik. (Pastinya bermodal kamus!)

Pagi-pagi sebelum berangkat, saya mengambil waktu teduh sejenak untuk berdialog dengan yang di Atas. Antara lain saya mengatakan, saya percaya kalau saat ini saya menjadi pembawa acara, pasti bagian dari rencana Tuhan. Karena itu saya mohon saya bisa mengoptimalkan kemampuan diri dan tidak mempermalukan diri sendiri maupun teman-teman yang memberi kepercayaan pada saya.

Cukup lama saya tidak masuk hotel mewah untuk melakukan pekerjaan. Soalnya sudah 8 bulan jadi pengangguran. Rasanya saya senang sekali bisa melakukan sesuatu yang memang saya suka dan itu bertujuan untuk menolong teman.

Ketika Bos saya muncul beriringan bertiga, Si Bos, Si bule dari Amerika dan seorang lagi mewakili Asia Pasifik dalam bidang yang sama. Saya tersenyum dan menganggukkan kepala. Acarapun langsung di mulai. Para undangan yang hadir mewakili Call Center diantaranya dari perbankan, provider telephone seluler, automotif, dll. Beberapa media hadir antara lain The Jakarta Post, Marketing Magazine, Bisnis Indonesia.

Acarapun berjalan dengan lancar, mulai dari sambutan pembuka, presentasi singkat, tanya jawab dan akhirnya penandatanganan. Acara sendiri di tutup dengan makan siang bersama. Saat para tamu menuju ruang makan, saya dan teman-teman membereskan barang-barang bawaan dari kantor, seperti LCD, Laptop, standing banner, album-album foto yang tadi di display.

"Terima kasih bu, Ibu sungguh membantu kami" Ujar seorang rekan.
"Ups. Sama-sama. Saya senang bisa membantu. Mohon dimaafkan jika saya ada kesalahan dalam membawakan acaranya" Saya membalas ucapan terima kasih mereka.
"Bu, saya tidak melihat kesalahan. Bagi saya Ibu adalah malaikat penolong! Jujur bu, kemarin saya sudah hampir putus asa. MC yang biasa kami kontrak sudah ada acara. Acara ini sendiri memang agak mendadak, persiapannya kurang dari 10 hari. Sekali lagi terima kasih bu!" Ujar Pak Harry.

Saya tidak berucap apa-apa, saya hanya membalas dengan seulas senyum. Ada rasa gembira di hati ini karena bisa membantu orang lain. Semoga kelak saya bisa membantu lebih banyak orang lagi. Jakarta, 2 Des 2007

2 comments:

  1. Asalamualaikum
    Saya terharu ketika membuka blog tulisan anda ini,maka harapan saya terus lah berkarya dan menulis sampai anda menghembuskan nafas terakhir.Kalau boleh tahu apasih motiv anda untuk menulis.Dan bagaiman a cara agar bisa menjadi seperti anda.

    ReplyDelete
  2. Sondang Rexano said...

    Halo kak Icha...ini aku sondang, sepupumu. Kisah melengkapi sejarah keluarga kita...jujur papiku meninggal dg membawa misteri masa lalu yg dibawa ke liang kubur...bgmana tidak, papi steef lahir di kota malang, lalu Kok punya ijazah sma bruderan purwokerto,pernah di AL?, kok pensiun dari BDN....ada info?

    http://www.blogger.com/profile/10309617426457967913

    ReplyDelete