Hujan....oh hujan

Berita tadi pagi di tv, menginformasikan pengungsi di Kampung Melayu/Jatinegara sampai pagi ini bukan berkurang tapi malah bertambah. Pengungsi ini ditampung di bekas bioskop Nusantara.Selain itu informasi dari BMG pun meramalkan hujan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jadi jangan lupa payung bagi yang beraktivitas hari ini.

Secara umum, manusia tidak pernah puas. (Salah satunya ya saya!). Saat panas matahari bersinar terik, kerap saya mengeluh merasa seperti terbakar. Pendingin ruangan menjadi kemarahan saya kalau tidak mampu memberikan kesejukan. Jangankan buat orang-orang yang sudah lama di luar negeri (Terutama negara yang punya musim dingin), buat saya dan anak-anak, panasnya Jakarta sudah terasa sangat tidak enak. Apalagi kedua anak saya, punya problem dengan kulit. Jadi kalau kepanasan dan berkeringat, kulit mereka jadi gatal-gatal. Dokter sudah memberi bedak/talk tapi aku atau pasanganku akan kena dampaknya mengusap/menggaruk yang gatal.

Mungkin ini salah satu dampak dari pemanasan global. Secara keseluruhan di Indonesia memang sudah terjadi penurunan jumlah hutan lindung/penahan air hujan. Ini berakibat bukan cuma di kota-kota yang punya hutan tapi juga sampai Jakarta. Padahal dulu, hutan Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Katanya paru-paru dunia. Tapi sekarang paru-paru itu sudah penuh asap (TBC kalee).

Sebaliknya kalau hujan, karena tidak ada lagi yang menahan/menyerap membuat air senang menggenangi halaman dan rumah.Akibatnya ya banjir. Curah hujan walau sudah masuk Februari belum besar benar tapi hujan itu biar cuma kecil alias gerimis, tetap menyusahkan.

Mau beraktivitas ke luar rumah jadi susah dan malas. Bawaanya saya jadi banyak, berat dan merepotkan. Kalau hujan, saya terpaksa bawa baju ganti, sepatu di bungkus plastik masuk ke dalam tas. Dari rumah pakai sendal.Tas yang sudah berat karena komputer jinjing, jadi makin berat. Sementara tangan yang lain memegang payung.

Akibat hujan, para pengendara motor kadang tidak punya toleran. Selip sana-selip sini. Angkot berhenti semaunya. Jalanan jadi kacau dan macet. Tiap hujan, jarak tempuh ketempat kerja jadi gak bisa diprediksi. Akhirnya saya jadi deg-degan, terlambat atau tidak?

Bas dan Van yang harus bangun lebih pagi karena masuk sekolah jadi pukul 06.30, jadi makin susah dibangunkan manakala hari hujan. Bangun pukul 4.30 dalam keadaan cuaca dingin, memang menyebalkan. Kalau boleh memilih, sayapun ingin masuk kembali dalam selimut.Tapi masing-masing punya kewajiban dan tanggung jawab, jadi harus di lawan rasa malas atau rasa enggan itu. Semangat.....semangat...! Biarpun lagi tidak semangat!
(Jumat, 6 Feb 2009. Di sela-sela buat quesioner indepth interview)
Icha

No comments:

Post a Comment