SEMANGKUK MIE AYAM TERBAYAR LUNAS DENGAN SEBUAH PELUKKAN.
Icha Koraag

Di lemari es, ada kornet ayam, kentang, daun bawang dan telur. Maka akupun membuat perkedel karena aku tahu suamiku menyukai perkedel apalagi jika di temani semangkuk sup sayuran. Sementara Bas dan Van lebih menyukai sup sayuran dengan ikan atau telur. Ya, aku akan membuat perkedel, telur dadar, telur ceplok dan sepanci sup sayuran, untuk makan malam. Setoples kerupuk udang sudah di goreng.
Masing-masing anggota keluargaku punya selera. Bas lebih suka telur di kocok (dadar) sementara Van lebih suka di ceplok (Mata sapi). Mengenali jenis-jenis makanan/masakan yang mereka sukai adalah seni tersendiri. Ada kepuasan yang tak terlukiskan dengan kata, manakala mereka mengucapkan terima kasih sambil berkata “Masakan mama top!”
Selalu ada kehangatan yang merembes ke sudut hati, manakala suami dan anak-anakku menyukai masakanku. Tapi ada juga rasa jengkel kalau mereka memilih. Maksudku, mereka mengenal masakanku dan ada beberapa yang mereka suka dan yang tidak di suka. Berbahan dasar sayurlah yang cenderung tidak di suka. Jadi terkadang sayuran yang sudah dimasak tak tersentuh karena memang dihindari.
Tapi aku, ibu yang cerewet untuk urusan makanan. Tak ada istilah menawar untuk makanan berbahan dasar sayur. Sayuran wajib di makan. Tapi sesekali papanya suka mengikuti kemauan anak-anak. Bas sudah semakin besar, disekolah ada pelajaran mengenal makanan sehat. Maka sekarang Bas di beri sayur apa saja tidak menolak, kecuali aku memberi pilihan. Misalnya dengan pertanyaan “Mau makan apa?” Soalnya, senang juga loh bisa memenuhi keinginan mereka. Sementara Van, jauh lebih gampang dalam hal makan.
Bila kami akan berpergian, aku harus memastikan Bas sudah dalam kondisi kenyang makan. Karena Bas tidak mudah makan. Sementara Van bisa menikmati hampir semua jenis makanan. Baik itu somay, gado-gado atau lemper.
Terkadang aku suka memberi kejutan kecil. Kalau hari Sabtu atau Minggu, seperti minggu lalu. Pagi-pagi aku ke pasar dan berbelanja. Sepulang dari pasar Bas menyongsongku depan pintu dan bertanya, “Mama, masak apa hari ini?” Sambil tersenyum aku mengdipkan sebelah mata “Itu rahasia!’ Jawabku.
Biasanya Bas akan mengekor di belakangku dan mendesak “Masak apa ma?” tanyanya penasaran. “Pokoknya yang enak-enak!” Jawabku. “Oh….!” Cuma itu jawab Bas lalu meninggalkan dapur. Aku mengeluarkan ayam, mie, jamur, daun bawang, bakso dan pangsit. Aku berniat membuat mie ayam kesukaan Bas. Bakso dan pangsit pelengkap mie ayamku , Van dan papanya.
Setelah ayam kubersihkan, kupisahkan daging, tulang dan kulit. Kulit ayam kulelehkan untuk mendapatkan minyaknya. Sedang daging ayam, di potong kotak-kota, begitu pula jamur kancing lalu di tumis dengan bawang putih, sedikit minyak wijen, merica, dan garam. Lalu aku membuat kaldu ayam dari sisa tulang dan dan sedikit dagingnya. Tak sampai setengah jam, mie ayam siap tersaji. Belum sempat ku letakkan di meja makan. Bas sudah ke dapur mengikuti aroma yang mengundang.
“Aku lapar!” Ujar Bas.
“Mama tahu, mie ayam sudah siap!” Jawabku sambil membawa dua mangkok mie ayam ke meja.
“Asyik…! Sudah lama banget lloh mama gak masak mie ayam.!” Ujar Bas dengan gembira. Lalu berlari, kudengar ia melaporkan pada papanya dan mengajak Vanessa makan. Tak lama Bas kembali mendekatiku
“Terima kasih mama!” Ujar Bas sambil memelukku. Ada kehangatan yang mengalir di dada ini. Mie ayam buatanku tentu tak seenak Bakmie Ayam Gajah Mada, atau Mie Ayam Bangka atau Mie Ayam yang terkenal lainnya tapi Mie ayam penuh cinta buatanku terbayar lunas dengan sebuah pelukan. Bas dan Van, mama selalu mencintai kalian. (HO Bintaro 12 Nov 2009)

1 comment:

  1. Wuih, sama dunk. Aku juga suka banget mie ayam buatan ibuk. Nggak ada udnya dech. Hmmm...yummyyyy

    ReplyDelete