TIDAK PENTING MENGATAKAN APA YANG KITA LAKUKAN TAPI LEBIH PENTING MELAKUKAN APA YANG KITA NIATKAN.



Judul tulisan diambil dari renungan harian hari ini. Sangat mengena buat saya. Maka lewat tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman. Dalam sebuah perjalanan dinas beberapa tahun lalu ke daerah-daerah tertinggal. Dalam hati saya sempat terucap. Saya akan membagikan sisa uang saku Dinas Luar Kota saya. Untuk 10 ibu Rumah Tangga yang saya temui.

Dalam benak saya sudah tersusun sebuah rencana, membelanjakan sembako untuk membantu keperluan harian mereka. Saya sudah mengkalkulasi apa yang harus di beli, seperti beberapa liter beras, minyak goreng, kacang Hijau, gula putih, dan telur. Namun padatnya pekerjaan dan waktu yang sempit saya tidak sempat merealisaikan apa yang sudah di niatkan (Diucapkan dalam hati) hingga saya kembali ke Jakarta.

Begitu tiba di Jakarta, saya langsung bekerja. Saya tidak melupakan, Cuma karena saya pikir itu bisa di tunda, maka saya mengerjakan apa yang harus saya lakukan. Toh hanya terucap dalam hati maka yang tahu hanya saya dan Tuhan. Ternyata Tuhan menagih niat yang sudah saya ucapkan. Setiba di rumah, saya terkejut karena ketika saya meletakkan tas di tempat tidur, tas sudah dalam kondisi terbuka, padahal saya ingat dengan pasti kalau sudah menguncinya. Perasaan saya langsung kacau, deg-degan saat memeriksa isi tas. Apa yang saya khwatirkan terbukti, dompet saya sudah tidak ada. Hanya sehari setelah saya tiba di Jakarta, saya kecopetan dan semua uang sisa DLK, lenyap. Berikut aneka kartu debet dan kartu kredit. Saya mendadak jadi orang termiskin di dunia.

Jam dinding, sudah menunjukkan pukul 22.15. Maka saya hanya bisa duduk dilantai dan menangis. Suami saya mendengar tangisan saya masuk kekamar. Wajarlah kalau ia merasa heran dan bingung. Saya mengatakan “ Dompet saya hilang”. “Kok bisa?” Tanya suami saya. “Di copert” jawab saya. Tangannya yang besar dan kuat mengusap kepala saya dan berkata : “ Ikhlas kan!”

“Tapi kita gak punya susu, dan diapers” keluhku. Saat itu si kecil Van baru berumur 5 bulan. Salah satu mengapa ada uang cukup banyak di dompet karena memang ditarik dari ATM untuk dibelanjakan waktu DLK. Ketika gak terlaksanakan, saya pikir belanja saja buat keperluan Van. Saya tidak melupakan niat berbagi dengan beberapa ibu yang saya temui di daerah, saya pikir bisa di tunda dulu karna jadwal sudah mengharuskan saya kembali ke Jakarta.

Tapi rupanya Tuhan tidak suka, saya menunda merealisasikan niat baik. Mungkin anda yang membaca tulisan ini berkomentar “Ah kamu saja yang kurang hati-hati!” Ini sudah saya bahas dengan suami saya. Saya menceritakan bagimana saya mendekap tas saya di dada. Oh yah pada waktu itu memang saya naik metro mini. Taxi terkadang sombong, ke arah ciledug dari blok M lebih banyak yang menolak dengan alasan macet.

Sebenarnya saya tidak terbiasa mengeluarkan uang di kendaraan umum. Jadi uang uang taxi sudah saya siapkan di saku celana panjang. Persoalannya saya tidak menyiapkan uang kecil ketika memutuskan naik metro mini lantaran 4 kali taxi menolak mengantar saya pulang. Dengan niat tidak menyusahkan kondektur karena uang di saku saya pecahan Rp. 100.000. Maka dalam metromini saya mengeluarlkan dompet dan mengeluarkan pecahan Rp. 5.000.

Sepanjang jalan saya mengepit tas di dada. Menjelang 100 meter dekat tempat saya harus berhenti, saya berdiri. Otomatis tas saya tergantung dipundak. Analisa saya mustinya saat itulah pencopet beraksi. Seingat saya bersamaan saya berdiri memang ada 2 orang berdiri, laki-laki dan perempuan. Tapia pa iya mereka copetnya?

Entahlah, yang pasti saya menangis menyesali apa yang terjadi. Saya menelephone ibu saya dan menceritakan apa yang terjadi. Gak sampai satu jam datang adik dan keponakan saya membawa susu, diapers dan sedikit uang.

Malem menjelang tidur, saya berdoa mohon kekuatan agar mengikhlaskan dompet dan isinya serta ikhlas mengurus kerepotan yang akan timbul dari akibat mengurus kartu kredit, kartu jamsostek, KTP dll. Dan dalam doa, saya juga menyampaikan akan merealisasikan niat yang terucap sewaktu saya di daerah, Saya minta ampun karena menganggap itu hanya niat saya. Padahl mereka yang akan menerima bantuan saya, sangat membutuhkan. Saya mohon ampun sungguh-sungguh. Setelah itu barulah sesak di dada ini berkurang. Maka malam itupun saya bisa tidur dengan nyaman .

Pagi saya terbangun karena telephone genggam saya berbunyi. Perasaan saya tidak menghidupkan alarm karena hari ini hari Sabtu. Tuhan Maha Tahu, Tuhan Maha mendengar. Di ujung telephone, seorang teman memberikan pekerjaan pada saya dengan imbalan sejumlah uang yang sama dengan yang di copet tadi malam. Tidak kurang dan tidak lebih.

Tuhan yang mengambil, Tuhan juga yang memberi. Dalam hitungan rasional hanya dalam dua hari uang saya diambil dan uang saya dikembalikan. Dengan cara yang tidak pernah saya duga. Diambil sejumlah itu dan dikembalikan sejumlah itu pula. Lewat tulisan ini saya hanya ingin mengatakan “Tidak penting mengatakan apa yang kita lakukan tapi lebih penting melakukan apa yang kita niatkan!”

Dari catatan yang tercecer

Jakarta: 1 Sept 2009

1 comment: