ME TIME



Akhir minggu lalu, saya menikmati liburan bersama teman-teman kuliah di Family Camp Gunung Mas Puncak, Jawa barat. Keluar dari rutinitas sebagai istri dan ibu. Saya menikmati waktu untuk saya pribadi. Berkumpul bersama kawaan-kawan adalah salah satu “me time”. Waktu mendengar nama tempatnya Family camp, dalam hati sempat terucap, apa iya di tenda? Walau saya mencintai kehidupan di alam terbuka tapi kalau harus tidur di tenda kok yang saya merasa perlu berpikir dua kali. Faktor usia jelas sangat mempengaruhi.

Ternyata memang di tenda. Tapi bukan tenda seperti semasa saya mengikuti perkemahan pramuka waktu SMP dulu. Tenda dari terpal, berdiri di atas rangka kayu dengan papan yang keras dan kuat. Kapasitas 8 orang. Ada kasur busa, bantal dan selimut. Kalau keadaannya seperti ini, nyamanlah buat saya. Karena yang hadir tak banyak, kami menyewa dua tenda. Seperti biasa, satu tenda untuk perempuan dan satu tenda untuk laki-laki. Walau ada pasangan yang suami-istri, tenda tidur tetap dipisahkan berdasarkan jenis kelamin





Tenda-tenda berdiri tepat di bawah perkebunan teh. Jadi sejauh mata memandang, kehijau tanaman teh bagai payung yang memayungi lokasi perkemahan. Saya tiba sekitar pukul 1 siang. Sudah cukup banyak kawan yang datang, makin sore hingga malam, terus berdatangan. Sebagian menginap tapi sebagian kembali ke Jakarta.

Saat sore, udara sangat sejuk. Permadangan indah, ditemani kopi/teh, kacang rebus dan jagung bakar kami bernostalgia semasa menjadi mahasiswa. Salah seorang kawan berkata: Hal terindah berkumpul bernostalgia adalah mengenang masa-masa lalu yang lucu, sedih, menjengkelkan tapi semua menjadi kenangan yang menyenangkan. Berbeda kalau kita bicara ke depan. Temanya seputar anak, keluarga dan mengatur pola makan guna menghindari penyakir dan lahan 2 x 1 m untuk tempat tidur abadi. Ucapan sederhana namun terasa menohok langsung ke dalam nurani. Yah, hidup berpacu dengan waktu. Selagi kesempatan masih ada, tak ada salahnya bersilahturahmi. Dan reuni adalah salah satu upaya menyambung silahturahmi.

DI sekitar area camp ada fasilitas kolam untuk terapi ikan. (Bisa baca di http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/04/20/terapi-ikan/ ) Hari kian larut, cuaca dingin mulai melingkupi area camp. Untuk menghibur malam ini, panitia menyediakan organ tunggal dan satu orang artis lokal. Setelah santap malam yang nikmat, berupa nasi lengkap dengan sambal dan lalapan plus ayam bakar. Musikpun mulai berkumandang. Di gelapnya malam bahkan di tingkahi hujan deras, tak menyurutkan kegembiraan kami untuk berjoged bersama. Artis lokal yang menghibur kami, seorang perempuam, muda cantik yang sudah bersuami (Suami mengantar) Yang memberi nilai lebih pada penampilannya, ia tidak hanya mampu menyenandungkan lagu-lagu dangdut tapi juga pop, regae dan rock n Roll. Mulai dari lagu-lagu era 70 an sampai yang terbaru. Makin malam, cuaca makin dingin tapi hati kami hangat karena kebersamaan.

Musik dan lagu berhenti, setelah lewat tengah malam. Tapi kami enggan untuk tidur. Waktu pertemuan hanya sesaat. Bila esok mentari terbit, kami akan pulang dan kembali pada aktivitas masing-masing. Seorang kawan bahkan datang dari Jawa Timur, karena ingin menikmati kebersamaan. Maka walau musik dan lagu sudah berhenti, kami masih melanjutkan dengan obrolan ringan sambil sesekali menggali memori untuk mengingat kawan-kawan lama. Termasuk kawan-kawan yang sudah lebih dulu menghadap Sang Illahi.

Saat semua terdiam hanyut dalam kenangan masing-masing. Tiba –tiba seorang kawan bernyanyi hanya sebaris syair..” kau Nampak tua dan lelah” maka pecahlah tawa kami. Karena usia kami memang sudah tak muda lagi. Usia kami mulai memasuki usia petang yang akan segera berganti menjadi usia senja. Tapi semangat kami masih sama seperti duapuluh tahun lalu. Rambut boleh memutih, kulit mulai berkeriput, bahkan tubuh tak lagi langsing, satu yang pasti kenangan akan persahabatan kami tetap abadi. Akhirnya kami harus mengalah dengan rasa lelah dan kantuk. Sekitar pukul dua dini hari, kami mulai memasuki tenda, merebahkan tubuh dan berbaring di bawah selimut.

Saat sinar mentari menerobos kisi-kisi jendela, kehangatannya membelai tubuh. Gelak tawa dan aroma kopi di luar memanggil turun dan bergabung. Indah permadangan, indah persahabatan. Nikmati kopi, nikmat kehangatan. Ada rasa sayang yang menyatukan kami dalam kebersamaan. Secara bergantian kami mulai membersihkan diri lalu menyantap nasi goreng, telor ceplok dan kerupuk udang. Kembali tenggelam dalam obrolan dan gelak tawa. Enggan rasanya mengakhiri pertemuan. Tapi waktu jua yang mengingatkan. Sebelum tengah hari kami meninggalkan area camp karena tak ingin terjebak dalam sistim buka tutup lalu lintas di puncak.

Sebelum kembali ke Jakarta kami naik ke Riung Gunung untuk sekedar berfoto-foto, lalu segera turun lagi. Kami menikmati santap siang di sebuah restaurant yang letaknya tak jauh dari Bogor. Memang diperhitungkan agar kami bisa tiba di Jakarta sebelum gelap. Dan sayapun tiba di rumah tepat pukul 16.30. Puas berkumpul bersama dengan kawan-kawan dan bahagia bisa kembali bersama suami dan anak-anak. Jumat: 20 April 2021. Dini hari 0.42.

No comments:

Post a Comment