HAPUSKAN PROGRAM MEMBACA, MENULIS DAN BERHITUNG PADA PAUD



http://www.bankmandiri.co.id/


Indonesia negara yang kaya raya, sudah bukan rahasia umum. Dulu jaman saya sekolah, Kalimat “Gemah Ripah Loh Jinawi” selalu di didengungkan kepala sekolah. Kita harus bangga dan menjadi orang pandai agar dapat memafaatkan semua yang ada di bumi Indonesia. Bahkan grup musik Koes Plus sampai menciptakan lagu berseri dengan judul Nusantara. Karena keindahan dan kekayaaan Indonesia tidak bisa dituliskan sebaris dua baris kalimat.

Lalu mengapa angka kemiskinan dari tahun ke tahun malah meningkat? Jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin kian lebar? Begitu banyak pemerintah meluncurkan program untuk turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Memfasilitasi mulai dari pelatihan hingga bantuan modal? Memang ada yang berhasil tapi tak sebanding dengan yang gagal. Kalah ditekad dan kesabarankah?

Berbicara mengenai inovasi untuk Indonesia yang mandiri, saya jadi teringat pada tayangan Kick Andi di sebuah stasiun tv yang menampilkan anak-anak SMP dan SMA yang memenangkan award karena temuan mereka. Lah kalau mereka yang masih SMP dan SMA saja sudah mampu berpikir mengenai karya yang bisa meningkatkan harkat dan martabat kehidupan masyarakat secara luas, mustinya Indonesia tidak tertinggal dengan bangsa yang sudah maju dong. Itu seharusnya!

Saya tidak akan membahas inovasi-inovasi besar di macam-macam bidang. Saya hanya ingin mengatakan sudah saatnya ada Inovasi di bidang pendidikan. Inovasi seperti apa? Berani menghapus semua program baca tulis dan dan berhitung pada tingkat pendidikan anak usia dini. (Usia 3-6 tahun) Susun program-program yang lebih menitik beratkan pada pembangunan karakter tiap anak.

Program-program pendidikan yang menitikberatkan pada:
-          Kejujuran
-          Kedisiplinan
-          Empati
-          Kerjasama/gotong royong
-          Kerja tim/kerja kelompok
-          Berbagi
-          Saling menghargai
-          Hormat pada orang tua
-          Berpikir dan bertindak relijius

Waktu yang tepat dalam membentuk karakter seorang anak adalah pada usia 0-6 tahun, dimana dalam bidang psikhologi dikenal dengan istilah “Golden age”  atau masa keemasan. Pada masa ini pertumbuhan oak anak mencapai tahap maksimal. Anak akan mencerna seperti sponge, semua informasi yang diterima, baik atau buruk. Karenanya pada usia ini, sebisa mungkin anak dijauhkan dari pengaruh buruk. Setiap tindakan yang dilakukan seorang anak semua mencontoh dari apa yang dilihat, di dengar dan diajarkan baik langsung maupun tidak langsung. Pada usia ini anak-anakpun sangat cepat belajar dari lingkungannya.

Menurut saya Inovasi untuk Indonesia Mandiri dapat dilakukan dalam bidang pendidikan terutama pendidikan anak usia dini. Kembalikan dunia belajar dalam bermain bukan bermain sambil belajar. Biarkan anak-anak mempelajari semua hal dan aspek dalam kehidupannya dengan bermain. Lewat bermain anak bisabelajar bersosialisasi, bergotong royong, berempati, bekerja sama. Salah satunya lewat permainan berperan.

Anak-anak sangat cepat mencontoh kehidupan kesehariannya dalam rumah. Tokoh ayah, ibu, bibi dan orang dewasa lainnya yang dekat dalam kehidupan keseharian si anak akan selalu menjadi contoh pertama. Perhatikan ketika mereka bermain. Mereka akan mengambil peran baik dalam keadaan sadar maupu tidak, biasanya menjadi ayah atau ibu lalu melakukan atau bergaya seperti ayah atau ibu mereka. Dari bermain peran inilah anak diajar untuk juga memainkan peran disiplin, bekerja sama, berbagi, saling menghormati da lain-lain. Coba anda ingat-ingat kembali ketika menyaksikn si kecil bermain drama di sekolah. Anda dengan cepat bisa menemukan gaya anda dan pasangan yang ditiru anak saat bermain peran.

Membaca, menulis dan berhitung adalah ketrampilan yang dperlukan. Hanya karena salah kaprah, sehingga orang-orang cenderung menganggap anak-anak yang sudah memiliki ketiga ketrampilan tadi pada usia dini sebagai anak-anak yang pandai. Padahal dalam memasuki kehidupan remaja dan dewasa ketiga ketrampilan tadi bukan yang utama.

Istilah IQ, (Kecerdasana inteletual) EQ (Kecerdasan emosi) dan SQ (Kecerdasan sosial) adalah sebuah satu kesatuan. Dan masa sekarang sudah banyak penelitian yang membuktikan keberhasilan seseorang tidak hanya ditentuan oleh kecerdasan intelektual. Sebaliknya banyak kasus di mana orang cerdas/pandai mengalami frustasi karena tidak memiliki kematangan emosi. Bahkan ketidakmampuan bergaul dapat menjadi tekanan stress yang menghancurkan kercerdasan intelektualnya. Manusia tercipta sebagai mahluk sosial yang sudah dikondisikan sejak dulu membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya

Pendidikan untuk pembentukan karakter  pribadi yang unggul membutuhkan waktu lebih lama daripada mengajarkan ketrampilan membaca, menulis dan berhitung. Jauh lebih mudah mendidik anak-anak dalam usia keemasan (golden age) untuk menjadi anak yang jujur, disiplin dan berani berkata benar ketimbang melatih para anggota dewan yang terhormat. Jika anak-anak sudah terbiasa, jujur, disiplin, berani berkata benar, tahu berempati dan suka bekerja sama, maka melatih membaca, menulis dan berhitung hanya menjadi sebuah ketrampilan kecil yang mereka butuhkan pada waktu yang tepat.

Sudah waktunya kita menjadikan pembentukan karakter unggul sebagai sebuah keharusan yang mendasar. Karena sesungguhnya hanya diperlukan waktu kurang dari satu tahun untuk melatih ketrampilan membaca, menulis dan berhitung.

.Karena itu cerdas secara intelektual  tidak cukup bagi seorang anak untuk bersaing di masa depan. Inovasi untuk Indonesia Mandiri dibidang pendidikan dengan menghapus program membaca, menulis dan berhitung pada pendidikan anak usia dini (PAUD) dan menggantikannya dengan program pembangunan karakter.  Saya percaya dan yakin akan lahir pribadi-pribadi unggul yang akan memimpin bangsa ini. Gemah Ripah Loh Jinawi akan ada karena Indonesia memang kaya. Dengan sendirinya cita-cita kehidupan bangsa yang sejahtera, aman tentram dan damai akan terwujud.


 "Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14.
 Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.“



No comments:

Post a Comment