Peran Orangtua Mengantisipasi Dampak TREND MOBILE INTERNET. Teknologi Maju Perlu Pengawasan Terpadu


Para pembicara dan moderator: Shita Laksmi, Erga Yulwardian (Indosat) dan moderator: Utami Tar Dari Perempuan Talk Show, Jumat: 5 Juli 2013



 Sumber foto: Sumber foto: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=287370708074371&set=pb.159846740826769.-2207520000.1375757216.&type=3&theater

 .
  Cepatnya kemajuan dibidang teknologi tidak diimbangi dengan percepatan kematangan emosional dan psikologi pengguna. Terutama dikalangan remaja dan anak-anak. Pertumbuhan anak-anak di jaman teknologi modern tidak dapat dibatasi. Hampir semua bidang yang ada, bersentuhan langsung dengan teknologi. Dan lagi-lagi kontrol orangtua menjadi penting. Seperti judul artikel ini: Teknologi maju perlu pengawasan terpadu.

Salah satu teknologi tersebut adalah teknologi dibidang komunikasi yang disebut internet. Internet adalah sebuah teknologi komunikasi yang bisa memberikan semua informasi yang diinginkan, mulai dari gambar, berita (Semua berita: ), situs porno, perjudian dan semua infromasi yang tidak terpikirkan Majunya teknologi komunikasi dalam hal ini, internet memang diperlukan dan karenanya tak dapat dibatasi. Kemajuan teknologi komunikasi internet ini menuntut peran orangtua aktif. Jika saya katakan terpadu, maka orangtua dalam hal ini bukan hanya ayah dan ibu tapi termasuk semua orang dewasa di sekitar si anak. Termasuk keluarga, kakak, paman, bibi, om, tante, kakek, nenek, guru, tetangga, juga pengasuh.

Pertambahan fungsi: 20 tahun lalu, fungsi utama telepon genggam hanyalah untuk berkomunikasi. Seiring majunya teknologi komunikasi dan pertumbuhan jaringan internet, telepon genggam tidak lagi sekadar alat komunikasi tapi sudah mengambil alih banyak fungsi, termasuk fungsi kantor berjalan (Mobile office) dan bank data/sumber informasi.

 10 tahun yang lalu internet tidak semaju sekarang, bahkan penggunaannyapun masih sebatas para pekerja kantoran. Kini internet digunakan semua usia, sebuat golongan dan semua profesi. Internet dapat mudah diakses lewat warung-warung internet yang tersebar di mana-mana. Bahkan pemberian fasilitas telepon genggam pada anak bukan hanya sebagai alat komunikasi tapi juga sebagai fasilitas penunjang kegiatan belajar dan beraktifitas ke sehariannya (dalam berorganisasi, misalnya).

 Salah satu alasan pemberian fasilitas telepon genggam pada anak bertujuan untuk memudahkan komunikasi orang tua, termasuk kontrol keberadaan anak. Persoalannya seiring terjadinya pergeseran fungsi alat komunikasi yang disebabkan peningkatan kemajuan teknologi internet, telepon genggam dapat menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki manfaat positif, dimana anak dapat menjadikan sumber informasi yang mendukung aktifitas kesehariannya termasuk belajar , di sisi lain, tak dapat dicegah bahwasannya anak dapat mencari berbagai informasi lain yang bernilai negatif, seperti konten illegal porno/judi.

 Saya ibu dari dua anak (Laki-laki 13 tahun dan perempuan 10 tahun) Saya memberikan keduanya telephone genggam dengan kategori smartphone karena melihat dari segi harga dan kapasitas kemampuan telepon genggam itu sendiri, artinya value yang saya cari berimbang dengan rupiah yang saya bayarkan. Konsekuensi dari pemberian faslitas telepon genggam yang canggih saya sepakat dengan suami dengan memberikan pengawasan terpadu terutama pada si sulung (laki-laki) yang gemar mendownload lagu dan game.

Komunikasi teknologi internet juga di dukung provider yang terus meningkatkan pelayanannya pada pelanggan. Indosat salah satunya, lewat kartu mentari yang disiapkan untuk smartphone memberikan kemudahan akses bermain. Pembatasan penggunaan internet bukan hanya dikhawatirkan mendownload/atau melihat situs porno saja tapi juga ketagihan dalam bermain. Sama seperti permainan apapun, awalnya mudah, makin lama pemain makin pandai dan tantangan makin meningkat. Keinginan menjadi yang terhebat terkadang membuat pemain bermain tanpa menghiraukan waktu dan tempat. Ini yang kerap dihadapi orangtua saat anak-anaknya menjadi “acuh” ketika dipanggil atau diajak bicara.

Untuk mencegah hal yang demikian pembatasan waktu pemakaian/penggunaan telepon genggam menjadi pilihan yang bijaksana. Saya sudah mengenalkan anak pada internet sejak mereka masih berusia balita. Anak-anak kita terlahir sebagai generasi Gen Z . Dalam presentasi Elga Yulwardian dari Indosat menuliskan Z Generation (1995-2009) yaitu Net generation, connected, digital natives, geeks, economic declaim, online prosensce, pluralist, messenging, social circles, career oriented, fashion, multitask, insecurity, tolerance and global 

  Perkenalan paling awal adalah dengan memperlihatkan gambar-gambar yang menarik dan lucu, lalu memperdengarkan lagu, kemudian memperkenalkan permainana sederhana. Hal itu saya lakukan karena sejak play grup, disekolah mereka sudah dikenalkan dengan penggunaan komputer. Seiring bertambahnya usia, poenggunaan computer dilanjutkan dengan memanfaatkan tekonologi internet. Dengan memanfaatkan teknologi komunikasi internet kita dan anak-anak kita sudah menjadi warga dunia, terkoneksi dengan berbagai sumber informasi dan manusia yang mampu membuka wawasan sangat luas. Tuntutan dalam lingkaran jejaring sosial menuntut toleransi tinggi dan cara berpikir yang terbuka dan global. Ini yang saya maksud kita tidak bisa membatasi interaksi anak dan internet. Tapi kita dapat melakukan pengawasan.
 Menurut saya pengawasan penggunaan internet pada anak perlu dilakukan oleh ayah,ibu dan semua orang dewasa di sekitar anak. Orangtua perlu satu suara (Pendapat sama) dalam bersikap.

 Pada presentasi Shita Laksmi di acara Talk Show DariPerempuan.com (Jumat, 5 Juli 2013) bertema: Peran Orangtua mengantisipasi dampak: TREND MOBILE INTERNET, Riset UNICEF 2012:
 - Pengguna PC (Personal Computer) lebih rendah daripada penggunaan teknologi mobile dan social network. Ini bisa dimengerti, menurut Rudi Rusdiah, Direktur Utama PT Micronics Internusa. Pemilik komputer di Indonesia baru sekitar 10 juta-15 juta. Artinya, prosentasenya belum mencapai 10% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 230 juta orang. (Sumber: http://www.pengusahaindonesia.co.id/micronics-internusa-fokus-di-pasar-high-end-tak-melupakan-konsumen-low-end/) Di Indonesia, berdasarkan survey Nielsen, jumlah pengguna ponsel per Mei (2012) mencapai 125 juta orang dari 238 juta penduduk. (Sumber: http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2012/02/21/jumlah-ponsel-lampaui-penduduk-437143.htm) Melihat kondisi tersebut tidaklah heran jika pengguna PC lebih rendah daripada pengguna teknologi mobile.

 - Internet platform didominasi platform dari “barat” seperti facebook, twitter dan google. Menurut saya kondisi ini dikarenakan penggunaan ketiga platform tersebut (Facebook, twitter dan google sangat-sangat mudah dan user friendly.

 - Remaja Indonesia lebih senang akses internet dari mobile ketimbang PC Mengaju penjelasan saya di atas, kondisi ini sudah jelas. Dengan uang di bawah 2 juta rupiah sudah bisa mendapatkan telepon genggam dengan kategori smartphone. Harga ini jauh lebih murah dibanding PC.

 - Resiko untuk remaja Indonesia di Internet: adalah Pornografi anak, bicara dan bertemu dengan orang asing, trafficking, pembajakan software dan terpaan pada konten ekstrim. Pornografi sangat-sangat mudah menyentuh anak-anak kita, salah satunya lewat game. Di mana pop up (jendela Iklan) mudah sekali muncul saat mendownload sesuatu. Penawaran sexpohione dan situs porno lainnya ditawarkan secara terbuka.

 Sedangkan berbicara dan bertemu dengan orang asing, tidak dapat dihinari karena jaringan internet adalah komunikasi tanpa pemnbatas dan tanpa batas.

 Penjualan manusia, adalah salah satu yang menakutkan dan begitu dekat menjangkau anak-anak kita lewat internet. Kita tahu anak dan remaja belum memiliki pendirian dan kepribadian yang kuat sehingga sangat mudah dipengaruhi.

 Ketidakstablian kondisi emosional da psikologi anak dan remaja akan sangat mudah menjadi pintu masuk iming-iming yang bisa berakibat buruk. pembajakan software dimana tingkat intelektual anak dan remaja sekarang secara rata-rata jauh di atas generasi dua atau tiga generasi yang lampau, selain karena gizi yang kian membaik, pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan juga membentuk anak-anak yang cerdas.

Sedangkan terpaan pada konten ekstrim saya pahami sebagai ajakan yang sifatnya fanatic (atau berlebihan) sehingga mudah untuk dimasukan/diindoktrinasi untuk ajaran yang sesat.

 Pengawasan orangtua dalam mengantisipasi dampak Trend Mobile internet adalah mencegah hal-hal negatif, seperti penipuaan, kekerasan (diejek/dihina), penggunaan bahasa-bahasa yang tidak sopan, pengaruh porno (gambar/video-Gambar bergerak) perjudian, berbicara dan melibatkan diri dengan orang tak dikenal (asing) Bisa berdampak pada janji bertemu dan seperti yang banyak diberitakan, maraknya penculikan/pemerkosaan yang dimulai dari perkenalan di facebook.

 Kondisi-kondisi di atas menuntut pengawasan dan kontrol orang tua, sebagai orang tua, berikut tips yang saya terapkan pada kedua anak saya. Semoga bermanfaat bagi orangtua yang lain.
 1. Menjelaskan tujuan pemberian fasilitas telephone genggam.
 2. Membatasi penggunaan telepon genggam dalam hal memanfaatkan jaringan internet. (ini juga berlaku   dalam penggunaan internet lewat PC.
3. Mendampingi anak dalam menggunakan tekonologi komunikasi internet.
4. Memberi penjelasan dan membatasi pemberian informasi lewat jejaring social (facebook) Note: Saya mengetahui password dan melakukan pengawasan rutin terhadap facebook kedua anak saya. Termasuk pertemanan dan grup-grup yang mereka ikuti. Saya juga melarang penggunaan password di hp, karena saya juga melakukan pengawasan di hp.
 5. Memberikan penjelasan dan pelarangan dengan tegas dalam membuka situs porno
 6. Membangun komunikasi terbuka (Termasuk mengapa dilarang membuka situs porno) dan memberikan atau melakukan aktifitas bersama , seperti membaca buku, olahraga bersama, menonton film/tv bersama sambil berdiskusi santai.
7. Memasukkan anak dalam kegiatan yang terkontrol, misalanya bergabung dalam organisasi kepemudaan/remaja seperti kelompok drama/tari/musik/sosial/olahraga dll) Saya mengikutkan anak dalam les gitar dan olahrga bela diri. Ini bukan sekedar meningkatkan kemampuan diri tapi juga untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kontrol emosi.

Dari panjang lebar yang saya tuliskan dalam artikel ini, hal paling utama adalah pengawasan orang tua. Membangun komunikasi terbuka adalah salah satu cara melakukan pengawasan pada kegiatan anak tanpa paksaan. Dengan melibatkan diri dalam kegiatan anak, ngobrol seputar kegiatan anak, berkenalan dengan kawan-kawan dan dunia anak (aktfitas keseharian di sekolah dan di luar sekolah) akan memperkecil jarak anatara orangtua dan anak-anak. Bukan tidak memberi privasi pada anak tapi sebagai orang tua, kita lebih tahu, mana yang baik dan mana yang buruk. Dan sebagai orangtua kita perlu meminimalkan semua dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.

 Pengawasan orang tua bukan semata sebagai pembatasan. Sebaliknya pengawasan orangtua juga berfungsi mengarahkan anak untuk meningkatkan kemampuan diri. Termasuk dalam menggunakn teknologi komunikasi internet yang dapat menjadi modal dalam bersaing mencapai prestasi terbaik.

No comments:

Post a Comment