Bicara Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), saya berasa menjadi
ahli ekonomi. Tapi sebetulnya membahas MEA nggak perlu harus jadi ahli ekonomi.
Dalam kehidupan keseharian, MEA sudah menjadi semacam topik pembicaraan di
mana-mana dan oleh siapapun. Semua lini dan semua bidang membahas MEA sebagai
bagian yang harus diterima.
Menerima tantangan One day one post untuk 2 minggu ke depan,
MEA menjadi topik pertama. Menantang
banget. Jadi sebetulnya apa sih yang
dimaksud dengan MEA? Sebetulanya MEA adalah realisasi pasar bebas Asia Tenggara
yang sudah digaungkan sejak KTT ASEAN 1992. Tujuannya? Jelas ada kata ekonomi,
maka MEA tak lain bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di
kawasan ASEAN.
Sebagai bagian dari Komunitas ASEAN, jelas ASEAN menjadi
salah satu pilar yang harus diperhitungkan dalam perputaran ekonomi dunia. Maka kestabilan ekonomi ASEAN penting dijaga
dan dilindungi. Dengan kesepakatan yang dibangun sebagai MEA, diharapkan anggota
ASEAN mampu mengatasi permasalahan ekonomi yang ada di antara negara-negara
yang tergabung dalam ASEAN.
Bagaimana dengan Indonesia? Konsekuensi adanya MEA, adalah
bebasnya aliran masuk perdagangan barang dan jasa se ASEAN yang akan berdampak
pula pada bebas investasi, masuknya tenaga kerja trampil termasuk masuknya arus
modal asing. Menurut saya pribadi seharusnya nggak ada yang perlu dikhawatirkan
karena seharusnya pemerintah siap melindungi aset bangsa dengan regulasi
perundang-undangan.
Lagipula dengan pasar bebas sebagai MEA, jangkauan pasar
Indonesia juga semakin luas. Jika Indonesia memiliki 250 juta jiwa, tingkat
ASEAN bisa menjadi lebih dari 600 juta jiwa. Itu artinya semakin luas pasar
yang ada. Tinggal bagaimana memperbaiki manajemen produksi, peningkatan
kwalitas hasil produksi termasuk kontinyuitas dan kestabilan produksi. Nggak
lucu dong, jika pasar sudah menerima tapi barang nggak ada?
Ketika aturan yang melindungai setiap asset bangsa termasuk
melindungi masyarakat yang akan bersentuhan langsung, maka masyarakat harus
siap dan bisa menerima kondisi pasar bebas. Lalu kesiapan seperti apa yang
harus dilakukan masyarakat? Sudah tentu kemampuan dalam bidang masing-masing.
Kompetisi terbuka harus diterima, siapa memiliki kelebihan maka dia akan
memenangkan persaingan. Ini fair. Salah
satunya faktor bahasa asing. Kita tahu bahasa Inggris adalah bahasa dunia, maka
kemampuan berbahasa Inggris menjadi
salah satu kemampuan dasar yang harus di miliki. Kemampuan lain adalah
kemampuan teknologi komunikasi dan internet. Ke depannya semua akan masuk dalam
era digital. Maka kemampuan mengoperasikan komputer, termasuk teknologi komunikasi
dan internet menjadi, kemampuan penunjang lain selain bahasa Inggris.
Jadi apapun bidang keahlian dasar, misalnya ahli arsitektur,
ahli manajemen, ahli farmasi, atau ahli apapaun harus ditunjang dengan dua
kemampuan dasar, Bahasa Inggris dan kemampuan mengoperasikan komputer dan Komunikasi internet.
Hal lain, yang akan terkena dampak langsung adalah dunia
pariwisata. Peningkatan perbaikan infra struktur menjadi syarat mutlak. Bukan
hanya tempat wisata yang harus
diperhatikan kondisinya tapi juga sarana penunjang. Misalanya transportasi,
prasarana jalan menuju kawasan wisata, fasilitas peginapan, rumah makan, sistem
informasi, perbankan dan peraturan yang mengharuskan masyarakat lokal mengisi
tenaga kerja di wilayah tersebut. Yang artinya harus ada pelatihan peningatan
kemampuan masyarakat dalam hal memahami pariwisata dan melayani wisatawannya.
Siapa yang harus melakukan dan bertanggung jawab? Sudah tentu pemimpin daerah dari tingkat yang
paling rendah hingga ke pemerintah pusat. Koordinasi dan komunikasi berkesinambungan
antar lembagai terkait juga menjadi penting dalam mewujudkan tujuan akhir yang
terbaik bagi masyarakat dan pemerintahan.
Tujuan menciptakan peluang-peluang berdampak ekonomi menjadi
tantangan tersendiri. Maka hadirnya MEA seharusnya menjadi pendorong masyarakat
Indonesia untuk lebih aktig meningkatkan kemampuan diri dan berpikir kreatif.
Banyak ide dapat diambil/diakui atau dicuri tapi tak seorangpun bisa mengambil
apa yang ada dipemiiran kita, maka mari kita realisasikan hal-hal positif yang
bisa menjadi keunggulan kita. MEA bukan untuk ditakuti sebaliknya harus
dianggap sebagai tantangan untuk menjadi lebih baik dan lebih siap dalam
persaingan.
Karena harus diingat, kesiapan masyarakat mengelola
perekonomian akan bedampak pada perekonomian negara. Dalam menerima MEA, tiap
negara yang berkomitmen harus mampu menyelesaikan permasalahan ekonomi di
masing-masing negara tanpa mencampuri permasalahan di negara lain. Namun tidak
bisa dipungkiri, keadaan perekonomian salah satu negara akan berpengaruh pada
perekonomian negara lainnya dalam ASEAN. Saling menghormati kedaulatan negara
lain (Mutual respect) menjadi salah prinsip ASEAN.
Sebagai blogger, saya siap menghadapi MEA dan menantang diri
sendiri untuk menigkatkan kemampuan. Karena saya percaya peningatan
kemampuan diri menjadi senjata yang ampuh dalam menghadapi persaingan.
masalahnya, sependek pengetahuanku berdasarkan pengamatan amatiran terhadap lingkungan sekitarku terkait MEA, MEA ini kurang disosialisasikan... padahal para tetanggaku rerata hidup dari dunia pariwisata Jogja, dan itu amat terkait dengan MEA... iya, kurasakan demikian adanya
ReplyDeleteMEA adalah kita
ReplyDeleteASEAN adalah kita
begitu yang selalu aku baca setiap berada di tengah2 ASEAN Community :)