Terkadang bukan persamaan yang membuat dua orang menjadi dekat. Bisa jadi malah perbedaan yang mendekatkan. Barangkali hal itu yang terjadi pada hubungan pertemanan saya dengannya. Entah saya harus menyebutnya sebagai apa. Sebagai kawan? hmm masih terlalu prematur. Baru setahun ini kami mengenal lebih dekat satu sama lain. Ya, 17 Maret besok baru genap setahun.
Sebelumnya kami sudah pernah bertemu, Mei 2014, dan Des 2014. Perkenalan kami di mulai saat ia bergabung di grup kepenulisan di facebook, sebuah grup yang saya bangun dan Ia bersedia menjadi admin pendamping. Kami tidak banyak berinteraksi di luar grup. Sampai sebuah insiden terjadi pada 17 Maret 2015. Sebuah pesan singkat masuk di hp yang meminta saya memesankan gojek untuk perempuan ini. Sebagai ibunya anak-anak (Dalam grup kepenulisan, saya dikenal sebagai Bundanya anak-anak) saya bertanggung jawab. Apalagi perempuan ini datang dari seberang lautan.
Ia datang dari Banjarbaru, Banjarmasin ke Yogyakarta karena diterima bekerja sebagai editor pada sebuah penerbitan di Yogya. Saya tidak tahu (karena tidak pernah diajak bicara) kalau Ia akan ke Yogyakarta lalu ke Jakarta. Sehingga ketika pesan singkat masuk dan meminta saya memesankan gojek ke alamat yang saya tidak saya hapal, agak membingungkan juga. Karena pertanyaan saya, orang dengan alamat yang dituju, kok tidak mau menjemput? padahal kereta kedatangannya tengah malam. Menurut logika, harusnya perempuan itu dijemput.
Suami yang melihat saya bolak balik berbalas, pesan dan akhirnya saling bertelepon, akhirnya menyela pembicaraan. "Ma, kita jemput saja dan bawa pulang ke sini!". Saya langsung mengirim pesan singkat isinya, "Kalau kamu saya jemput, apakah kamu mau ke rumah saya?" dan sms saya berbalas jawabannya "ya". Saya kirim pesan lagi: segera hubungi orang yang seharusnya kamu tuju agar tidak terjadi salah paham. ya, saya tidak mau ada salah paham, dikira membajak anak orang. Nggak ada untungnya menjemput dan membawa pulang perempuan ini.
Sekitar pukul setengah duabelas malam, saya dan suami menyusuri stasiun jatinegara. Karena memang sudah pernah bertemu, tidak susah mengenalinya. Saya menghampiri dan memeluknya, ia memanggil saya, BunCha dan memanggil suami saya Om. Perempuan itu adalah Lathifah Edib, yang kini sudah mulai dikenal sebagai blogger. Tidak ada rencana Ia datang dan menetap di rumah saya tapi saya dan keluarga menerima dengan tangan terbuka. Berasa nambah satu anak lagi. Tapi anak yang sudah dewasa.
Kedatangan Lathifah Edib tanpa rencana, maka tanpa rencana pula ia, saya libatkan dalam beberapa acara blogger yang saya ikuti. Kalau ingat hal itu, geli sendiri. Lathifah sangat jaim. Nggak mau di foto, saya harus setengah memaksanya. Tidak butuh waktu lama untuk menempelkan narsis dinama tengahnya. Lathifahpun menjadi orang yang nggak boleh lihat kamera diam.
Kebersamaan tanpa sengaja, menjadikan Lathifah Edib kawan saya ngeblog. Kedua anak saya menyayanginya, layaknya seorang kakak. Ketika tiba waktunya ia kembali ke Yogya untuk memulai karirnya, ternyata itu menjadikan Jakarta sebagai kota keduanya. Karena Banyaknya kegiatan di Jakarta, membuatnya rela meluncur setiap Jumat malam dan kembali minggu malam. Kadang dua minggu sekali, kadang sebulan sekali, tergantung acara dan uang di ATM. Tahu-tahu saya punya kawan ngeblog. Kawan yang gemar bertanya bagaimana "menghias" blog, yang selalu saya jawab: "Nggak penting hiasannya, yang penting isinya"
Mulanya, ia malu mengkritik saya, terutama dalam tata bahasa dan typo. Tapi kedekatan kami membuat nyalinya bertambah. Kritiknya mengalir deras, sederas status galaunya. Rentang usia kami jauh, saya lebih pantas menjadi ibunya, makanya terkadang saya mengambil peran sebagai ibu, terutama kalau kelamaan memutuskan mana yang mau dijadikan pendamping hidup.
Perbedaan usia, keyakinan, latar belakang, pendidikan dan suku justru mendekatkan saya dengannya. Kami saling mempelajari perbedaan itu untuk menambah wawasan. Saat saya stress karena begitu banyak DL menulis blog, dari Yogya ia mengirimkan semangat. Seperti saat ini, kami sama-sama sakit. Sepulang saya dari Belitung untuk menjadi saksi Gerhana Matahari Total, mungkin akibat kelelahan yang menumpuk, saya terkapar. Sudah lama rasanya saya tidak sakit, sehingga kali ini membuat saya sangat tersiksa karena banyak kewajiban menulis yang harus saya selesaikan.
Kami berkomunikasi lewat banyak saluran komunikasi. Ketika berkirim kabar, saya tidak sehat dan dijawab, iapun sakit bahkan harus di rawat di RS, di situ saya merasa kita benar-benar kawan senasib. Iniah kami, persahabatan yang terbangun tanpa sengaja.
Kami memiliki persamaan, sama-sama berpikir terbuka dan suka puisi. Itu yang membuat kami bisa mbolang ke beberapa kota bersama-sama. Saya senang berhasil "meracuni" pemikirannya tentang blog. Saya paling suka "Pamer Berkah Ngeblog". Saya sering katakan, saya tidak punya banyak uang tapi saya bisa membuka jalan untuk mendapatkan banyak materi dan barang bagus lewat ngeblog. Lathifa Edib sudah membuktikan perkataan saya. Ia memenangkan gadget dari lomba blog Fun Blogging. Dia juga memenangkan GA dan live twitt. Saya bisanya cuma angkat bahu dan mengatakan: "Saya benar!"
Saya senang karena apa yang saya katakan menjadi kenyataannya. Satu lagi yang terus saya bagikan "keyakinan dan berpikir positif". Bagaimana orang akan percaya dan mendapatkan pencerahan lewat tulisan dan sikap kita, jika kita tidak meyakini dengan apa yang kita tulis dan yang kita lakukan? Karena dalam ngeblog prinsip saya, Menuliskan apa yang saya lakukan dan melakukan apa yang saya tuliskan.
Harus saya akui, mempunyai kawan dekat dalam hal ngeblog memang mengasyikan. Tapi bisa menjadi kawan dalam dunia nyata lebih mengasyikan lagi. Terima kasih Lathifah Edib, sudah mau menjadi kawan di dunia maya maupun di dunia nyata.
"Tulisan ini diikutkan dalam Irly & Diah's GA Collaboration: Teman Nge-Blog"
Dirimu menulis dengan tulus apappun.thx u so much for u attention and support.
ReplyDeleteDirimu menulis dengan tulus apappun.thx u so much for u attention and support.
ReplyDelete#sungkem buat guru kenarsisan. Wkwk... #peluk
ReplyDeleteSumpah ini bener menelanjangi sayaaah. #tutuphidungyangmancung
ReplyDeleteWakwakwak
ReplyDeleteBener tuh bund. Enggak ada untungnya :v
waah ada guru narsiisku
ReplyDelete*sungkem juga :D
mau ikotan aah kontesnya
Teman ngeblog yang asyik ya mba :)
ReplyDeleteTadi udah dari blog anaknya, sekarang di blog bundanya, benerlah.. kalau ditulis oleh orang lain lebih ketahuan orangnya kayak gimana, dari malu-malu jadi narsis, siapa dulu gurunya ya? Hehe
ReplyDeleteSemoga awet persahabatannya, nambah juga pastinya..
Terima kasih sudah ikut GA ini Bunda^^
Salam kenal
Ngeblog benar2 bisa mendekatkan yg jauh ya Bun, yg dekat bs semakin dekat.. setelah itu terserah Anda, eehh.. salah, setelah itu bakalan ketahuan deh aslinya, yg jaim trnyata narsis, dsbnya..
ReplyDeleteMoga persahabatannya langgeng yah Bun, ehemmm berarti nanti klo Mbak Latifa nikah, Bunda bakalan jd org penting di acaranya nanti doong, semoga terus diberi kesehatan yah Bunda..
salam kenal, ikutan panggil Bunda jg yaah ;)
Ngeblog benar2 bisa mendekatkan yg jauh ya Bun, yg dekat bs semakin dekat.. setelah itu terserah Anda, eehh.. salah, setelah itu bakalan ketahuan deh aslinya, yg jaim trnyata narsis, dsbnya..
ReplyDeleteMoga persahabatannya langgeng yah Bun, ehemmm berarti nanti klo Mbak Latifa nikah, Bunda bakalan jd org penting di acaranya nanti doong, semoga terus diberi kesehatan yah Bunda..
salam kenal, ikutan panggil Bunda jg yaah ;)
Alhamdulillah punya temen seperjuangan buat ngeblog ... semoga awet ya kak
ReplyDelete