Kenangan 17 Agustus


Foto anak-anakku di Museum satriya Mandala


KENANGAN 17 AGUSTUS
(Tulisan ini menjadi salah satu tulisan paling menarik untuk 17 Agustus dan mendapat imbalan Rp.150.000 dari milis Sekolah-Kehidupan)

Tigapuluh tahun yang lalu, aku sangat girang menyongsong Peringatan 17 Agustus. Di perumahan tempat aku tinggal, pengurus Karang Taruna sudah mengedarkan list aneka lomba. Mulai dari baca sajak, menyanyi, balap karung, menggambar, gerak jalan,
makan kerupuk, lari kelereng, dll. Itu di rumah.

Di sekolah selain aneka lomba dan upacara juga ada acara nyekar ke TMP Kalibata.
Alm. Papi selalu menjahitkan seragam putih-putih baru (Alm. Papiku Purnawirawan TNI AD yang mendapat pelajaran menjahit ketika di tahanan) Mungkin dulu ditahanan diajar menjahit supaya lupa cara memegang senjata. Pokoknya 17 Agustus pagi, selalu ada
semangat yang aku sendiri tidak tahu semangat apa.

Papi akan mengecek baju seragam yang kami(anak-anaknya) pakai. Mulai dari kancing, badge sekolah, kaos kaki dan sepatu hitam (Wajib di semir
sampai mengkilat) Lalu melepaskan kami di pintupagar. Papi selalu menekankan pentingnya menghormati para pendiri negara ini.

Kebayang gak, lebih dari enam orang gadis kecil berseragam putih-putih bersepatu hitam, keluar dari pagar diiringi seorang ayah yang bersinglet dan
bercelana pendek. (Papiku, pensiun dini dari TNI, Sesudah Permesta, masuk tahanan, pangkat diturunkan lalu pensiun) Jadi aku tidak pernah melihat papi
dengan seragam TNI kecuali di foto.

Menjelang sore sekitar pukul 15.30, Papi sudah mengeluarkan loud speaker dan radio tape serta setumpuk kaset (Dulu belum ada CD) Maka mulailah
bergema lagu-lahu perjuangan, mulai dari Halo-halo Bandung, Maju tak gentar, Teguh Kukuh Berlapis baja, Selamat datang pahlawan muda, Satu Nusa satu bangsa dll.

Usai makan malam, sambil menonton di tv upacara 17 Agustus di Istana Merdeka, papi saya akan bercerita tentang tokok-tokoh yang nampak hadir di istana
merdeka. Kami dengan semangat akan mencari keluarga Bung Karno, keluarga Bung Hatta. Bung Syahrir dll. Kami absen satu-satu wajah para mentri dan
istrinya. Mencari tahu profile komandan upacara dan profil Pasukan Pengibar Benderanya. Termasuk profile siapa yang terpilih menerima bendera dari
presiden.(Dulu hanya ada TVRI)

Kenangan 17 Agustus, 30 tahun lalu adalah kenangan yang selalu hadir mejelang 17 Agustus setiap tahun.Pagi tadi, air mataku mengalir saat melihat Bas dan
Van di sekolah. Aneka perlomban di gelar, salah satunya makan kerupuk. Ini adalah 17 Agustus pertama bagi Bas. Di TK yang dulu nyaris tidak ada kegiatan. Anakku begitu terpesona, memandang barisan kerupuk yang diikat di bentangan tali di lapangan
bulutangkis.

Anaku berteriak kegirangan melihat kawan-kawannya kesusahan makan kerupuk. Ketika giliran Bas yang berlomba, ku lihat wajahnya agak muran. Mungkin Bas
baru menyadari ternyata tidak mudah melahap kerupuk di ujung tali yang bergoyang-goyang. (Seperti kita yang kerap mentertawakan kesulitan orang lain dan
baru berhenti tertawa ketika kita sendiri yang menghadapi kesulitan itu)

Di lomba berikutnya, Bas tanpa rasa bersalah membantu kawannya yang berlomba, dia menangkap kerupuk dan menyodorkan ke mulut kawannya, alhasil kawannya menang dan kedua anak itu melompat kegirangan. (Kerjasama yang patut diacungkanjempol!) Tidak ada larangan/ aturan membantu yang ada hanya larangan/aturan peserta lomba tangannya harus dibelakang!

Waktu berjalan terus, aku harus meninggalkan seolah anak-anakku dan menuju kantor. Ada perasan yang getir menyentuh relung kalbu ini. Tawa mereka adalah lagu indah di telingaku. Sebersit kecemasan mengusik kalbu ini, di luar sana adakah tawa mereka
akan terdengar lagi? Di tengah sejuta konflik yang bisa pecah kapan saja.

Saat tiba di gerbang kantor, aku masih berbisik pada suamiku, besok 17 Agustus 2006, Bersama Bas dan Van kita harus ke TMP Kalibata. Disana kini papiku terbaring!

Pa, aku rindu !
Rindu tawamu, rindu suaramu
Rindu semangatmu, juga rindu ajaranmu!
Engkau selalu hadir
Selalu hidup dalam jiwa dan ingatanku

16 Agustus 2006
Icha
Anakmu, yang masih terus berusaha berbuat
sesuatu bagi sesama.

No comments:

Post a Comment