Melupakan Sejenak Masalah Kantor


MELUPAKAN SEJENAK MASALAH KANTOR

Seperti biasa, suamiku menjemput aku di kantor lalu kami bersama-sama pulang kerumah. Magribkan segera menjelang dan itu berarti sang mentari segera masuk ke peraduan digantikan malam yang akan mengawal sang dewi rembulan. Semburat merah di ufuk barat menebarkan pesona alam yang sangat indah. Sebetulnya itu permandangan yang tiap-tiap hari nampak olehku saat pulang kerja. Tapi entah mengapa sore ini lebih indah. Seakan ingin menghapus kelelahanku akibat kerja seharian. Terima kasih Tuhan, syukurku dalam hati.

Aku jadi teringat permasalahanku di kantor. Masalah itu hanya beberapa saat sebelum aku meninggakan meja. Walau jam kerja usai sudah lewat satu jam aku masih merapihkan pekerjaan sambl menunggu jemputan suami. Fluktuasi mata uang asing berdampak pada anggaran penelitian yang aku buat. Klien perusahaanku tempatku bekerja kebanyakan perusahaan asing namun untuk mempermudah aplikasi d lapangan, aku membuat anggaran penelitian menggunakan mata uang rupiah. Ketika kontrak kerja di kirim ke atasanku, beliau tidak teliti (Dugaan positifku, ia percaya padaku) lalu atasanku menandatanganinya.

Ketika kontrak tiba dibagian keuangan, manajer keuangan menanyakan padaku mengapa anggaran dalam mata uang dolar Amerika, Kukatakan aku tidak tahu karena aku belum melihat kontrak kerjanya. Kutanyakan, apa ada masalah kalau dalam dolar? Manajer keuangan mengatakan akibat ditukar dengan mata uang dolar Amerika, maka kita rugi Rp. 51 juta rupiah.

Mendengar penjelasan seperti itu, aku bagaikan tersengat lebah. Spontan aku berdiri dan menatap tanpa berkedip. “Bapak bercanda?” Tanyaku.
Manajer keuanganku dengan tenang menjawab “ Ya, tidak!” Aku benar-benar terkejut. Perasaanku campur aduk. Rp. 51 juta bukanlah sedikit. “ Bos tahu?” Tanyaku. Manajer keuangan hanya menggeleng.

Sesaat aku terserang rasa panik. Ku coba menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan lewat hidung sambil menghitung. Cara ini adalah cara yang selalu aku terapan jika aku panik. Biasanya cukup jitu untuk meredakan rasa panik. Dan kali inipun berhasil.
“Ya sudah, itu bukan kesalahan kita” Kataku menyimpulkan.

“Kalau Bos tanya, bagaimana?” tanya Manajer keuanganku dengan wajah serius.
“Jawab saja, yang tanda tangankankan dia!” Jawabku asal. Aku tahu, tak mungkinlah menjawab seperti itu. Tiba-tiba aku teringat sesuatu lalu aku tesenyum. Manajer keuanganku menatapku bingung, “ Ada apa?” tanyanya.

“Ingat aturan bos gak?” tanyaku
“Maksudnya?”
“Aturan pertama. Bos tidak pernah salah, aturan kedua bila bos salah. Lihat aturan pertama!” Kataku menjelaskan
“Artinya…
“Salah atau benar, Bos tetap benar. Jadi silahkan siap-siap kalau besok dimarahin!” Kataku sambil tertawa. “Pak, jangan dipikirkan, biar bagaimana besok sajalah, mantan pacarku sudah jemput nih” Sambungku cepat lalu membenahi meja kerjaku.
“Ah si mbak!” Lalu Manajer keuanganku berlalu..

Dan pesona sore ini, membantu aku melupakan sejenak permasalahan di kantor. Biarlah masalah itu sampai di situ saja. Aku tidak ingin sore indah ini hilang dan anak-anakku mendapat dampak akibat permasalahan di kantor . Kini aku ingin menikmati indahnya senja sambil membayangkan tawa Bas dan Van yang akan menyambutku di rumah. Beban seseorang tidak diukur dari beratnya tapi dari lamanya beban tersebut ketika di pikul

Gak percaya? Coba angkat segelas air. Jangankan kita orang dewasa, anaku Vanessa yang baru berusia 3 tahun saja sudah bisa mengangkat gelas berisi air tanpa tumpah. Tapi coba angkat dan pegang gelas itu selama dua jam, mulanya pergelangan cuma terasa pegal, tiga jam, maka lengan terasa kaku. Satu hari? Gak ada yang sangguplah yah.

Demikianlah kemampuan otak dan fisik kita juga terbatas dalam menanggung lamanya setiap permasalahan dalam kehidupan. Jadi mengatur setiap persoalan dengan tepat dan benar. Maka kita tidak akan membawa persoalan banyak dan dalam waktu yang lama. Kita tidak akan menghadapi penumpukan permasalahan. Dengan begitu kita tidak perlu stress dan dapat menikmati hidup dengan lebih baik.

Lepas kerja, aku hanyalah seorang istri dan ibu yang ingin menikmati waktu bersama kekasih hati dan belahan jiwaku. Dan aku ingin memberikan diriku yang terbaik bagi orang-orang yang kukasihi karena mereka memang pantas mendapatkan hal itu. Dan aku menjadi nyaman, apalagi kekasih hatiku sedang ada di sisiku. Masalah kantor? Itu urusan besok! (Saat Bas dan Van sudah terbuai mimpi. 29 Agustus 2006 Pk. 23.35. Icha)

1 comment: