SERBA-SERBI LIBURAN IDUL FITRI

Idul Fitri pertama, kami berumpul di keluarga Frisch di Bogor. Ini pun menjadi pengalaman Idul Fitri pertama Bas dan Van dengan menumpang kendaraan umum. Kami kalah cepat minjem mobil, sudah di dahulukan adik-adik dan keponakan yang masih punya bayi. Pukul 06.00 saya dan Frisch sudah banguan. Merapihkan rumah serta menyiapkan Bas dan Van termasuk susu dan sarapan. Tepat pukul 07.00 kami berangkat. Kalau berangkat kemarin, artinya kami mudik tapi karena perginya hari Idul Fitrinya maka istilahnya silaturahmi.

Ini baru nikmat, bisa naik metro mini kosong dan jalanan lengang. Sampai di blok M, Loket ticket Trans Jakarta belum buka. Jadilah kami berempat dan calon penumpang lain nongkrong di terminal blok M. Dan baru kali ini pula tidak bawa HP jadi menyenangkan. HP tertinggal tak sengaja tapi ahirnya saya syukuri karena kalau tidak pasti sudah kring-kring terus. Karena waktu kami tiba kembali di rumah malam hari. Miss call nya ada 15.

Rupanya pertugas loketnya sholat Ied dulu!. Pukul 8.10 barulah kami meluncur menuju stasiun kota. Lagi-lagi kami harus menunggu hampir 2 jam karena KA Express yang akan berangkat pk. 9.50 sudah penuh. Di stasiun pun calon penumpang sudah banyak walau tak sebanyak kemarin. Dari pakaian dan bawaannya, mereka nampak seperti kami yang akan bersilahturahmi.

KA Express Pakuan menuju Bogor akhirnya berangkat juga. Namanya KA Express tapi karena ini Idul Fitri malah mejadi tidak Express karena hampir disepanjang stasiun yang dilewati KA selelau berhenti walau hanya 2 menit tapi cukup menyita waktu mengingat stasin yang dilewati lebih dari 10. Alhasil kami tiba di Bogor hampir pukul 12.00 dan sebagian adik dan kakaknya Frisch sudah ke rumah mertua masing-masing.

Tapi menjelang sore, semua sudah bekumpul lagi dan kami bisa bertemu dengan semua adik-adik dan kakak-kakak. Idul Fitri kali ini tambah anggota baru. 2 keponakan sudah menikah, salah satunya sudah melahirkan. Dan satu adik juga sudah melahirkan sedangkan satu adik lagi sedang menanti kelahiran. Berarti Idul Fitri tahun depan akan ada anggota baru lagi.

Malam hari kami pulang ke Jakarta, karena Idul Fitri kedua, kami akan bersilahturahmi dengan keluarga salah seorang kakak saya. Karena tak jauh dari rumah jadi agak santai. Pagi-pagi kami tidak terburu-buru, bahkan masih sempat membungkus beberapa hadiah untuk kakak saya dan ketiga anaknya serta bebertapa keponakan lain yang berultah di bulan Oktober.

Malam pukul 09.00 dengan berkonvoi empat mobil kami meluncur ke Villa di Cibodas untuk beristirahat selama dua malam. Walau tidak macet tapi jalanan menuju puncak cukup padat. Lepas tengah malam kami tiba. Anak-anak yang sudah pada tidur di mobil menjadi segar kembali. Akhirnya kami bergadang. Anak-anak pada membaca dan main PS sedangkan kami para orang tua, bernostagia di bawah kaki mami.

Mami bercerita masa anak-anak dan masa remaja kami yang sesekali di setujui para menantunya yang tak lain suami-suami kami. Malam yang penuh gelak tawa. Dinginnya hawa Cibodas nyaris tak terasa. Menjelang fajar, barulah rasa kantuk itu datang. Saat subuh mejelang, beberapa orang diantara kami melakukan sholat subuh sementara sebagian yang non muslim sejenak mengambil sikap diam, berdoa dan bersyukur untuk kebersamaan yang masih bisa dinikmati.

Kami berkumpul termasuk dengan adik yang di Pontianak dan kakak yang di Papua. Memang kami tidak semuanya karena 2 kakak dan seorang adik saya terjebak di kemacetan akhirnya memilih kembali ke Jakarta. Tapi kebersamaan ini memang menyenangkan.

Lebaran ke tiga, dinginnya Cibodas cukup menyengat. Jadi di bawah selimut tebal adalah tempat yang nyaman. Tapi kelihatannya anak-anak tidak mengerti, jam belum lagi menunjukkan pk 08. selimut ini sudah di tarik-tarik. Baik yang minta susu maupun yang minta makan. Lagi-lagi akhirnya kami cuma bisa tertawa.

Saya pikir-pikir. Liburan sekolah anak-anak dan liburan kantor bagi para pekerja sangat merepotkan kaum ibu atau para istri. Dapur tak pernah berhenti beraktivitas. Mungkin juga disebabkan kondisi dingin membuat semua orang ingin terus menerus makan. Makanana Lebaran sudah pindah di puncak, mulai dari ketupat, opor ayam, rendang, sambal goreng hati, sayur godogan dan emping sampai rujak mangga. Tapi roti dan mie instan pun laku keras.

Hari kedua kami di Cibodas, Frisch dan adik saya yang dokter mengawal para keponakan sekitar 15 orang menuju air terjun Ciebereum mulai dari Van yang baru 3 tahun sampai Sany yang sudah sarjana. Duh nikmatnya tinggal di Villa sesaat tanpa bocah-bocah kecil yang bertengkar berebut PS atau berebut mike karena mau berkaraoke.

Namun itu hanya berlangsung 2 jam. Ketenangan dan kenikmatan berubah menjadi kecemasan tak kala hujan besar bagai dicurahkan dari langit. Dan jalan di muka villa kami benar-benar macet total. Bis-bis besar tak bergerak baik yang ke atas maupun yang ke bawah. Belum lagi membayangkan bocah-bocah yang pastinya kedinginan. Karena waktu berrangkat masing-masing hanya bermodalkan dua potong coklat beng-beng dan segelas air mineral.

Maka saya, adik-adik dan kakak-kakak yang anak-anaknya ikut, mulai memainkan jemari ini di atas keypad HP. Seakan melengkapi kecemasan kami HP tak ada yang menjawab. Jam sudah menujukan pukul 17.00 berarti magrib akan segera datang. Tanpa di komando kami bergerak lagi-lagi ke dapur. Menyiapkan air panas, kopi, teh, soup dan bubur ayam.

Nyaris magrib ketika, dua keponakan perempuan saya yang berumur 10 dan 11 tahun muncul tertawa-tawa dalam keadaan basah kuyup. Ibunya masing-masing langsung mengumandangkan nada kecemasan dalam simponi cerewet yang serasi. Lalu satu per satu muncul dalam ke adaan basah.

Dan semua datang dengan wajah yang riang. Membuat hati ini malu karena mencemaskan. Sementara yang dicemaskan nampak gembira. Bas di gendong pundak papanya, sedangkan Van di gendong keponakan yang lain. Karena kamar mandi hanya tiga, walau di isi masing-masing dua, tetap saja sebagian harus menunggu. Yang besar-besar harus rela menunggu. Sambil menunggu mereka menikmati teh dan kopi serta makanan yang sudah sedia.

Lepas merapihkan Bas dan Van, saya dan Frisch memeluk satu-satu sambil memberikan susu. Bas dan Van tampak gembira betul. Sedangkan keponakan yang besar malah menggerutu karena kebagian menggendong sepupu mereka yang yang kecil-kecil termasuk Van.
”Emang enak meniti jalan setapak menurun sambil menggendong Van yang beratnya 16 kg?”
tanya mereka, sambil mencolek hidung Van, yang tertawa dalam pelukan. Mungkin rasa lelah dan dingin, sehabis susu dan makan, anak-anak tertidur saat jam belum menunjukan pukul 09.00.

Malam ini lepas tengah malam semua tidur. Pagi-pagi kembali dapur beraktivitas tinggi. Selain menyiapkan sarapan, sekalian beres-beres karena siang kami akan kembali ke Jakarta. Kali ini 4 mobil berpisah-pisah karena masing-masing punya tujuan. Mobil kami yang paling dulu tiba di Jakarta, sekitar pukul 15.00 yang lain terjebak kemacetan karena singgah di FO (Factory Outlet) dan tempat-tempat yang lain. Satu mobil tiba pukul 10.00 malam dan 2 mobil kembali menginap di puncak.

Liburan yang menyenangkan. Cukup lama saya tidak bergabung berlibur bersama keluarga besar. Terakhir sekitar bulan Feb yang lalu dengan keluarga besar Frisch di Anyer. Selain keluar dari rutinitas pekerjaan kantor, berkumpul dengan adik dan kakak, bertukar cerita tentang persoalan rumah tangga masing-masing, mendengar kembali kisah kami dari mami, semua itu bagaikan tambahan bahan bakar dalam menjalani roda kehidupan besok. Dan satu hal lagi, membuat saya sangat mensyukuri terlahir di tengah keluarga besar ini. PRT tak ada? Gak usah dipikirin deh! (Icha, 30 Oktober 2006)

No comments:

Post a Comment