Kisahku: SERBA-SERBI ULANG TAHUN

.Di tengah keluarga besar saya, ulang tahun menjadi sesuatu yang dinanti. Bahkan tak jarang sudah mulai diumumkan atau diingatkan satu bulan sebelum tanggal dan bulan yang berulang tahun.

Karena saya terlahir ditengah keluarga besar, 12 bulan dalam setahun selalu ada yang berulang tahun. Bahkan ada yang sampai 5 orang berulang tahun di bulan yang sama. Jadi bisa di bilang selalu ada perayaan ulang tahun sepanjang tahun di keluarga saya.

Dulu sewaktu saya dan kakak beradik belum menikah, dalam sebulan paling maksimal 2 orang yang berulang tahun. Jadi ada bulan-bulan di mana ada yang tidak berulang tahun. Tapi sejak sudah menikah sehingga terlahir anak-anak yang tak lain cucu dari orang tua saya atau keponakan saya, maka ulang tahun pertama di buka 6 Januari dan di tutup 23 Desember.

Setiap bulan selalu ada acara kumpul-kumpul untuk mensyukuri hari ulang tahun. Itu artinya makan-makan dan hadiah. Setiap bulan saya harus menyiapkan anggaran yang tidak sedikit untuk membeli hadiah. Kalau tidak mau repot dan dianggap lebih praktis, kadang saya memberikan dalam bentuk uang.

Memberi hadiah di kalangan kami bersaudara, akhirnya jadi semacam aset menabung. Karena nanti pas saya, suami atau Bas dan Van yang berulang tahun, sudah pasti akan memperoleh banyak hadiah. Memang tidak ada pemaksaan atau keharusan memberi hadiah bagi yang berulang tahun. Tapi karena ini sudah menjadi kebiasaan puluhan tahun, kami pun menjadi biasa dalam memberi hadiah.

Buat saya pribadi, mencari hadiah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kebetulan saya suka tugas keluar kota. Saya selalu menyempatkan diri mencari sesuatu yang unik di daerah yang saya kunjungi. Eh...percaya gak? Akhirnya saya jadi suka memberi hadiah dalam setiap kesempatan, gak nunggu waktu ulang tahun saja.

Memberi hadiah, ternyata juga menciptakan kedekatan dengan orang yang akan kita beri hadiah. Saya sulit mencari hadiah buat seseorang kalau saya sedang kesal dengan orang tersebut. Kalau memberikannya tidak sulit, tinggal menyerahkan selesai! Tapi pada waktu mencarinya saya berperang dengan bathin sendiri. Mencari hadiah buat seseorang saya lakukan dengan perasaan sayang. Jadi kalau lagi kesal, rasa sayangnya tertutup. Tapi lebih sering rasa sayang yang menang sih.

Saya dan anak-anak sangat senang menerima hadiah. Maka kami jadi berlomba-lomba memberi hadiah karena kami percaya orang lain juga senang menerima hadiah. Kami sekeluarga jadi sering mengapresiasi orang dengan hadiah.

Kalau saya pulang dari luar kota, biasanya suami cuma geleng-geleng, perginya bawa satu travel bag pulangnya bawa dua travel bag! Keluarga saya besar dan teman-teman saya banyak. Bahkan untuk menghadapi Idul Fitri dan Natal, saya sudah belanja tiga bulan sebelumnya. Ini berdasarkan pengalaman saja kalau belanja pas dekat-dekat waktu Idul Fitri atau Natal, harga sudah mahal dan berdesak-desak sehingga tidak leluasa memilih.

Saya selalu berusaha memberikan sesuatu yang diinginkan atau perlukan, sehingga ketika menerima memang menyenangkan atau bermanfaat. Tapi sih kalau dipikir-pikir semua jenis hadiah sudah pernah saya berikan. Dan semua yang menerima selalu senang-senang saja. Triknya gampang. Kalau sudah kehabisan ide akan memberikan apa dan waktu mencarinya tinggal sedikit, biasanya saya memilih sesuatu yang berkaitan dengan kesukaan warna atau kesenangan (hoby). Bisa makanan atau benda .

Pernah juga saya tidak hadir di ulang tahun salah seorang keponakan atau adik kakak saya. Rasanya sedih dan kehilangan. Padahal ritualnya selalu sama, berdoa, potong kue, makan-makan. Saking seringnya ada ulang tahun, hampir setiap bangun tidur Bas dan Van kerap bertanya ”Hari ini siapa lagi yang happy birthday?”

Saya punya satu pengalaman ulang tahun yang buat saya mengharukan. Ketika sesudah menikah, saya dan suami sempat 3 bulan ikut orang tua saya, lalu kami mengontrak sebuah rumah kecil. Waktu pindah bertepatan dengan bulan ulang tahun saya. Saya pikir paling-paling syukurannya di rumah mami saya karena jelas rumah saya tidak akan cukup.

Ternyata saya keliru, semua kakak dan adik saya datang ke rumah kecil saya dengan masing-masing membawa lauk, kue, piring, gelas dan sendok. Saya sampai tidak tahu mau bicara apa, karena saya baru pulang kerja, ketika tiba di rumah yang sudah penuh dengan saudara-saudara, makanan dan hadiah.

Saya tidak menyiapkan apa-apa hanya hati yang berbahagia. Bahkan terlalu berbahagia karena mendapat perhatian yang begitu besar. Tuhan memang sungguh baik, memberikan saya orang tua dan saudara-saudara yang mengasihi. Jadi ulang tahun tetap menjadi peristiwa yang istimewa karena seluruh keluarga saya termasuk saya memang menjadikannya istimewa.

Dan bukan cuma ulang tahunnya tapi saya yakin, saya istimewa di mata saudara-saudara saya dan orang tua saya. Karena memang orang tua saya selalu menjadi kami anak-anaknya selalu istimewa di mata mereka.

Satu hal yang saya pelajari, istimewa atau tidak istimewa sebuah peritiwa tergantung pada diri kita pribadi. Kalau kita menganggap peristiwa semacam ulang tahun adalah peristiwa biasa-biasa saja, maka akan menjadi peristiwa biasa. Sebaliknya ketika kita menjadikan peristiwa ulang tahun menjadi peristiwa yang istimewa maka hati dan pikiran kita yang menjadikannya istimewa.

Apalagi bila kita mengisinya dengan mensyukurinya bukan semata karena makanan atau hadiahnya tapi karena kita boleh melewati atau mengulang setahun lagi tahun kelahiran kita. Bertambahnya setahun usia kita di dunia berarti menambah setahun lagi waktu lebih cepat untuk bertemu dengan pencipta kita. Makanan, hadiah, kasih saudara serta teman memang selalu menyenangkan. Tapi akan jauh lebih menyenangkan jika akhirnya kita bertemu dengan Dia yang menjadikan kita ada. Karena hanya kepada Dia kita akan menghadap pulang.

Ulang tahun kelahiran sangat dekat artinya dengan kematian. Buat saya pribadi, ulang tahun selalu menjadi titik awal menjadi pribadi yang baru. Sekaligus titik awal menambah bekal perjalanan untuk pulang. Mempertebal iman, meningkatkan kebijaksanaan, lebih mengasihi sesama, berusaha menjadi lebih baik, sebagai manusia, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai suadara, sebagai adik, sebagai kakak, sebagai karyawan sebagai teman. Pokoknya menjadi lebih baik atas segala peran saya di dunia. (Icha Koraag, 2 Nov 2006)

No comments:

Post a Comment