Obrolan santai: LIBURAN OH LIBURAN

Sekarang adalah masa akhir tahun ajaran pendidikan 2006/2007 di Indonesia. Para pelajar telah menerima hasil evaluasi belajar setahun. Ada yang gembira karena hasilnya baik, ada yang bersedih karena hasilnya kurang baik dan ada juga yang biasa-biasa saja dengan hasil yang diterima baik ataupun kurang baik. Demikian juga para orang tua, ada yang senang, tidak senang bahkan marah melihat hasil belajar putra-putrinya. Namun satu yang pasti setiap akhir tahun pelajaran adalah masa istirahat atau liburan.

Sebagian para pelajar bersorak asyik karena berarti kesenangan, sebagian lagi memutar otak mencari kesempatan memanfaatkan liburan agar bisa mendapatkan penghasilan. Demikian juga para orang tua, sebagian senang karena ada tenaga bantuan untuk bekerja di ladang/di sawah, sebagian bingung memikirkan kegiatan anak di rumah karena akan mendapat tambahan kesibukan.

Saat makan siang dengan beberapa kawan, kami masing-masing mendiskusikan acara mengisi waktu liburan anak Bagi sebagian kawan yang bekerja, tidak mudah mendapatkan izin cuti di masa liburan sekolah. Pasalnya hampir sebagian besar karyawan mengajukan izin cuti pada waktu yang bersamaan. Pastinya perusahaan tidak mengizinkan apalagi bagi yang menduduki posisi kunci. Tapi ada juga kawan yang posisinya sama denganku sebagai FTM (Full Time Mommy, pinjam istilahnya Indarwati H) Ternyata memikirkan kegiatan mengisi liburan juga cukup menguras energi.

Bahkan seorang kawan mengatakan :”Herannya energi anak-anak seperti tidak ada habisnya!” Seorang yang lain menambahkan, “Liburan berarti ekstra makanan. Selama anak-anak di rumah, bawannya makan terus. Jadi pekerjaan memasak dan cuci piring seperti tidak berhenti-henti!”. Mendengar kedua komentar itu, saya jadi teringat keluhan seorang perempuan yang berdinas sebagai pegawai negeri yang ditayangkan ssebuah televise swasta. Si ibu pegawai negeri mengatakan: “Memangnya pemerintah memikirkan kepentingan masyarakat? Liburan sekolah adalah beban buat kami yang gajinya pas-pas-an!” Mungkin ada baiknya jika pemerintah turut memikirkan kegiatan mengisi liburan sekolah misalnya dengan menghapus biaya tanda masuk ke museum/taman hiburan jika bisa menunjukkan hasil rapor dengan nilai rata-rata 7.

Mengaitkan komentar kedua kawan dan keluhan si ibu pegawai negeri mungkin ada benarnya. Pusat-pusat perbelanjaan, taman hiburan sampai lembaga pendidikan luar sekolah menawarkan berbagai paket program mengisi liburan. Bagi yang punya uang tidak akan menjadi masalah karena semua yang ditawarkan bisa di selesaikan dengan uang. Bagaimana dengan yang tidak punya uang atau yang uangnya terbatas?

Sebenarnya mengisi liburan tidak selalu berarti mengeluarkan biaya banyak. Liburan bisa diisi dengan sedikit biaya asal mau kreatif. Karena sekarang aku tidak bekerja di luar rumah, aku mengeluarkan kenangan masa kecil. Mengingat kembali permainan di masa kanak-kanak aku dan suami lalu kami tularkan pada Bas dan Van.

Main tali dari jalinan karet gelang.
Sebenarnya ini permainan lompat tali yang terbuat dari jalinan karet gelang sepanjang kurang lebih dua meter. Saya membeli Rp. 5.000 karet gelang, lalu dijalin masing-masing 4 buah karet bisa mencapai panjang 190 cm. Jalinan karet ini bisa digunakan untuk beberapa permainan. Diantaranya Permainan Merdeka atau lompat tali. Permainan ini minimal dimainkan 3 orang. Ketiganya di undi untuk mencari pemain pertama, kedua dan seterusnya.

Di perlukan dua orang untuk memegang kedua unjung tali yang direntangkan. Satu pemain yang mendapat giliran pertama, bisa melompt duluan. Mula-mula tinggi tali setinggi lutut yang memegang kedua ujung tali, lalu naik sepaha, sepinggang, sedada, sebahu/seleher, setelinga, sekepala, sejengkal (Telapak tangan direntangkan, jempol menyentuh kepala dan kelingking menyentuh ujung tali) dan terakhir yang tertinggi semerdeka. (Tangan yang memegang ujung tali di ulurkan ke atas setingg-tingginya)

Kesepakatan atau aturan main permainan ini bisa ditentukan sendiri. Misalnya untuk ketinggian mulai seleher hingga semerdeka pemain boleh menggunakan bantuan tangan (Menepak/ditepak) saat melompatinya. Mulai dari ketinggian selutu hingga sepinggang, tali yang di lompati tidak boleh tersentuh (kena) jika tersentuh maka pemain berganti pada pemain selanjutnya. Begitu seterusnya. Permainan ini mengajarkan sportivitas, kesabaran, ketrampilan dan kejujuran.

Pletokan.
Nama permainan ini diambil dari bunyi yang ditimbulkan. Permainan ini selain mengenalkan anak dengan alam, juga memberi kesempatan pada orang tua mengenalkan anak dengan tumbuh-tumbuhan. Selain itu murah alias tanpa biaya. Bahannya bisa minta sama tetangga yang punya pohon pisang. Bahan yang diperlukan adalah pisau dan pelepah pisang. Untuk masyarakat yang tinggal di perkampungan atau pedesaan menemukan pohon pisang tidaklah susah. Tapi tidak demikian dengan masyarakat yang hidup di kota sekalipun di pinggir kota. Lahan untuk tanaman nyaris tak ada, jadi mencari pohon pisang tidaklah mudah. Sehingga membuat permainan pletokan ini memberi kesempatan juga pada orang tua untuk mengenalkan anak pada pohon pisang.

Ambil daun pisang yang pelepahnya cukup besar, lalu seset dan singkirkan daunnya. (Bisa digunakan ibu membungkus lontong atau kue nagasari) Pelepah dipotong seperti tongkat sepanjang 50 sampai 60 cm. Beri tanda pada pelepah pisang dengan jarak 15 cm. Bisa 3 atau 4 tanda. Lalu torehlah atau sayat pada bagian yang diberi tanda sepanjang 5 cm. kemudian hasil torehan (Jangan sampai putus) tegakkan ke atas sehingga berdiri. Jika ketiga torehan pelepah pisang di tutup secara bersamaan maka akan menimbulkan bunyi pletokan.

Permainan ini bisa dimainkan sendiri atau bersama-sama. Memang lebih asyik bersama-sama karena suara pletokan yang ditimbulkan bisa nyaring. Asalkan bermainnya tidak pada jam tidur/istirahat sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar. Permainan ini mengembangkan kreativitas anak.


Dor Nama
Saat aku masih kecil permainan ini namanya Tak Umpet. Dimainkan minimal 3 orang. Seperti biasa diundi untuk mencari yang kalah agar menjadi penjaga. Satu anak yang menjadi penjaga menutup matanya pada satu tiang/tembok. Lalu menghitung sampai 100. Kawan yang lain berlari dan mencari tempat persembunyian. Si penjaga harus mencari anak-anak yang bersembunyi lalu menyebutkan nama anak tersebut dan menempelkan tangan si penjaga pada tiang/tembok tempat ia menjaga sambil berteriak Inglo/Hong. Kalau si penjaga kalah cepat mencapai tiang/tembok dari kawan yang persembuniannya diketahui, maka si penjaga kembali menutup mata dan kawan tadi boleh kembali bersembunyi.

Atau jika si penjaga berhasil lebih dulu menyentuh tiang atau tembok, si penjaga tetap harus berhati-hati karena bila kawan lain yang masih sembunyi bisa keluar dari persembunyiannya tanpa diketahui si penjaga dan berhasil menyentuh tiang atau tembok maka kawan ini menang dan kawan yang sudah lebih dulu otomatis sudah di bela dan bisa bersembunyi lagi. Maka sipenjaga harus kembali memnutup mata. Si penjaga bisa digantikan gilirannya jika berhasil mengetahui semua persem bunyian tanpa ada satupun yang berhasil menyentuh tiang.tembok tempatnya berjaga. Jika demikian maka sipenjaga digantikan oleh kawan yang pertama kali namanya di sebut. Permainan ini mengajarkan sportivitas dan kerjasama.

Permainan itu untuk dimainkan di luar ruangan. Jika cuaca tidak bagus maka diperlukan permainan di dalam ruangan. Aku percaya pasti anak-anak memiliki banyak mainan tapi kalau orang tua melibatkan diri dalam bermain dengan anak maka permainan menjadi seru. Bas sangat menyukai permainan ala militer dan binatang. Sedangkan Van yang juga mempunyai beberapa senapan selain boneka dan alat memasak juga mengimbangi kesukaan Bas.

Keduanya kadang berimajinasi berada di rawa-rawa yang banyak buaya atau di lautan yang banyak ikan hiu. Bas bisa menyebut beberapa jenis ikan Hiu, mulai dari Hiu macan, Hiu martil, Hiu abu-abu, dll. Biasanya aku dan papanya yang memprogram permainannya. Mula-mula kami ceritakan Bas dan Van ada di sebuah hutan hendak mencari harta karun, sampai di sini Bas dan Van boleh ikutan menentukan cerita. Termasuk apa harta karunnya. Bisa es krim atau coklat yang ujmung-ujungnya ambil di lemari es.

Bas bisa mengajarkan Van untuk berjalan melewati lantai secara lurus dengan menganggap sedang melewati jembatan. Aku geli melihat tingkat keduanya. Berjalan berjinjit sambil melihat ke bawah seakan di sana ada air atau buaya. Sesekali terdengar jeritan Van karena Bas mengejutkan dengan teriakan “Awas Van, ada Buaya!” Lalu dengan gayanya yang seperti pemburu, Bas akan menembak dan Van sembunyi di belakang Bas.

Lain waktu, saya mengeluarkan koleksi pensil warna dan crayon lalu membiarkan beberapa jam Bas dan Van menggambar atau mewarnai. Kadang-kadang aku ikut menggambar dan mewarnai bersama mereka. Banyak kegiatan yang bisa diciptakan tiap-tiap keluarga asal mau kreatif. Memang liburannya panjang tapi percayalah tidak ada yang membosankan kalau dilakukan bersama-sama.

Mengikuti cara kakakku, walau libur aku tetap mengatur jadual belajar Bas dan Van. Sehabis sarapan pagi, aku masih mewajibkan Bas menulis indah dua halaman. Kalimatnya terserah Bas. Kadang mengenai dirinya atau mengenai Vanessa. Misalnya, Vanessa menginap di rumah Oma. Aku melatih menulis indah karena walau tahun ini Bas naik kekelas dua tulisan Bas masih kurang bagus dan rapi.

Jika sesudah makan siang, Bas belum mau tidur siang aku memberikan alternative pilihan. ,mengerjakan soal matematika yang kubuat atau membaca satu buku cerita anak-anak. Tidak asal membaca, setelah membaca Bas harus menceritakan padaku atau pada papanya mengenai cerita yang dibacanya. Setelah itu aku memberikan beberapa pertanyaan mengenai si tokoh. Misalnya kenapa tokoh si A marah. Bolehkan marah? Mengapa? Dll. Ini melatih Bas memahami konsep. Sedangkan untuk Van lebih pada mengenal huruf.

Liburan juga bisa digunakan para orang tua melatih kemandirian anak dengan mengajarkan atau mebiasakan melakukan sebuah pekerjaan. Misalnya membersihkan sepatu, atau mencuci sepeda. Saat liburan juga dapat digunakan para orang tua untuk mengecek kesehatan anak-anak terutama kesehatan gigi. Jika ada gigi yang harus ditambal atau di cabut, dalam masa liburan tidak akan mengganggu kegiatan belajar.

Belajar sambil bermain memang dapat dilakukan secara bersama-sama. Yang perlu diperhatikan adalah minat si anak dan tujuan yang ingin di capai. Percaya deh liburan tidak jadi membosankan bahkan malah mengasyikan. Walaupun jika liburan berakhir justru akan melegakan. Selamat berlibur! (30 Juni 2007)

No comments:

Post a Comment