Sarapan Ikan Bakar di Pantai Papuma Jember




Sarapan pagi, makan ikan bakar di pantai Papuma Jember. Jangan bayangkan terhidang di atas piinggan. karena kami sarapan pagi meminta dari nelayan yang membakar ikan di tepi pantai. Mungkin itu sarapan rutin mereka, atau mereka sedang iseng. yang pasti keharuman ikan bakar itu menggelitik hidung dan memancing geliat nakal cacing dalam perut.

Mulanya mendekat karena ingin tahu, lama-lama tanpa malu meminta. Alasannya mencicipi. Beralas daun, entah daun apa, ikut jongkok disekeliling 4 abang-abang nelayan. Tak sabar ingin mencoba tapi di larang. Menurut salah satu abang nelayan eh di Jawa di panggilnya Mas. Mas nelayan bilang sabar, harus sampai matang. "Kan kalian orang kota, perutnya nggak akan kuat kalau setengah matang. nanti sakit perut". Jleb banget. 


Sumber
Rasanya enak banget, mungkin karena lapar. tapi daging segar ikan ini, manis dan gurih. Padahal dibakar tanpa bumbu. yang awalnya cuma icip-icip, kami nyaris nggak bisa berhenti makan. Untung Mas-mas nelayannya paham. kami terus disajikan ikan bakar. Mantap betul deh. kok bisa sarapan di Pantai papuma Jember? ikuti cerita saya berikut ini.





Bicara pantai, Indonesia memang juara. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak pantai yang keren-keren. Maka berbahagialah orang-orang yang ringan kaki mengunjungi pelosok Nusantara. Saya satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang beruntung. Karena memiliki pekerjaan yang memungkinkan saya mengunjungi pantai. Pantai Papuma Jember, salah satu yang saya kunjungi beberapa waktu lalu. 

Yup, diundang Disbudpar Jember yang disupport Komunitas Blogger  Jember Sueger, saya hadir. Mengikuti kegiatan bertajuk #FamilyTripSueger2019. Sebetulnya saya sudah diundang sejak tahun lalu, sayang saya belum bisa memenuhi undangan tersebut. Dan tahun 2019, baru saya berjodoh untuk datang dan menikmati Kota Jember.



Jember adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jember berada di lereng Pegunungan Yang dan Gunung Argopuro membentang ke arah selatan sampai dengan Samudera Indonesia. Secara geografis Jember memiliki letak yang strategis. Sehingga bisa dibilang tidak ada masyarakat asli jember. kebanyakan pendatang dari berbagai wilayah di Jawa timur hingga Madura. Maka kebudayaan yang terbentuk, umumnya bawaan dari daerah lain, seperti Reog Ponoroga dan Pegon.

Letaknya yang membentang dari pegunungan ke pegunungan, membuat Jember memiliki hutan, perkebunan juga pantai. Pemerintah Daerah Jember tengah bergiat mengelola berbagai destinasi dan agenda wisata. Pantai Papuma dan Waton menjadi dua destinasi yang dapat mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.




Ketika kendaraan yang membawa rombongan blogger mendekati pantai Papuma, kami melewati pantai Watu ulo. Saat birunya laut mulai menampakan diri, aroma asin mulai menggelitik. Burung camar beterbangan ikut menyambut kehadiran kami. Waktu jelang sore, saat kami tiba di Pantai Papuma. Sayang saya bukan fotografer yang handal. berbekal camera dari smartphone, saya mencoba menangkap keindahan yang ditawarkan Papuma.

Bagi saya yang lahir dan besar di Jakarta, mendapati Papuma tanpa sentuhan modernitas, rasanya senang banget., pantainya masih luas dan sejauh mata memandang, nggak ada bangunan yang menghalangi. Ada menara yang bisa dinaiki untuk melihat Papuma dari ketinggian, Namanya Siti Hinggil. Sulit menggambar keindahan Papuma dengan kata-kata. Saya cuma mau bilang, luangkan waktu dan datanglah. Ini tempat wisata yang bisa dikunjungi bersama keluarga dan anak-anak. Mulai dari balita hingga remaja. Menikmati keindahan, mengenali Indonesia dan menumbuhkan cinta tanah air.




Kami menginap di penginapan yang dikelola perum perhutani. Tempatnya lumayan bersih, ber ac dan berair panas. Kamarnya luas, tenpat tidurnya nyaman. Di sekeliling penginapan yang letaknya di tepi pantai, masih banyak monyet berkeliaran. Jadi hati-hati terhadap barang bawaan, jangan sampai disambar monyet.

Penginapan di tepi pantai, otomatis makannya makanan berbahan hasil laut. Ikan, cumi, udang berpadu dengan kangkung, lalapan dan sambal yang mantap. Dalam obrolan santai Disbudpar Jember mengharapkan kerjasama dan suport dari para blogger untuk mempublikasikan keberadaan destinasi wisata di Jember. Tentu saja kami akan membantu.


Malam kian larut, musik masih bergema. Kawan-kawan masih melepas kangen. sebagian kembali ke kamar. hari sudah larut malam, besok pagi kami masih ingin menikmati kegiatan nelayan yang pulang melaut.


Tangga menuju Siti Hinggil
Alarm di smartphone berbunyi tepat pukul 04.00 pagi. Rasanya enggan meninggalkan kasur dan selimut yang hangat. Tapi keindahan fajar di Pantai Papuma, mampu mengalahkan rasa enggan. Tanpa mandi, berpakaian layak, segera berlari ke pantai. Angin dingin dan bau laut menerpa kulit wajah, terasa segar. Cahaya kerlap-kerlip di lautan nampak seperti kunang-kunang. Kian mendekat ke pantai, terlihat kapal nelayan. Bergotong royong, berember-ember ikan di keluarkan dari kapal. Saya hanya melihat dari kejauhan, dengan kekaguman yang luar biasa. Tanpa para nelayan, sulit masyarakat menikmati hasil laut.

Pantai belum terlalu ramai, kian siang kian terang dan pengunjungpun kian banyak. Namun satu hal yang saya angkat jempol. Pantai Papuma bersih banget. Saya tidak melihat sampah, baik itu botol kemasan air maupun bungkus mi instan atau bungkus rokok. Andaikan bisa begini seterunya, Pantai Papuma, keren banget.







No comments:

Post a Comment